CENDANANEWS- Petani di Desa Pasuruan yang meliputi Dusun Banyumas, Dusun pasuruan, Dusun Sumbersari memasang tonggak tonggak bambu dan kayu yang dipasangi bendera. Bendera dari pastik, kain yang dipasang di tiang babmu dimaksudkan untuk menghalau hama burung yang menyerang areal persawahan yang mencapai lebih dari 100 hektar.
Petani menggunakan berbagai cara untuk mengurangi serangan hama burung yang menyebabkan hasil panen berkurang hingga gagal panen. Akibatnya, petani diharuskan mengeluarkan biaya ekstra untuk memasang bendera, jaring, tali rafia guna mengurangi serangan hama burung.
Menurut para petani, keberadaan burung yang hinggap di tanaman padi secara bergerombolan dalam jumlah besar itu telah memakan padi petani sebelum dipanen.
Petani lain yang memasang perangkap berupa jaring pun beberapa diantaranya ada yang menggunakan meriam bambu. meriam bambu tersebut digunakan untuk menimbulkan suara ledakan yang akan menghalau hama burung , meski cara tersebut tetap harus mengeluarkan biaya ekstra.
“Saya mengeluarkan biaya ratusan ribu hanya untuk membeli tali tambang, jaring serta makanan untuk yang menunggu untuk menghalau burung,” ujar Sandi Minggu (15/2/2015).
Biaya biaya tersebut dikeluarkan sebab hama burung mulai menyerang dari padi awal berbuah hingga menguning. Sandi yang bekerja sebagai guru di sebuah Sekolah Dasar dan memiliki sawah tersebut mengaku mengupah orang untuk menunggu menghalau burungnya.
“Hama burung harus ditunggu mulai dari subuh hingga sore hari, sebab jika lengah ribuan burung bisa menghabiskan bulir padi, bisa bisa gagal panen jika tak ditunggu,” ujar Sandi.
Tak hanya Sandi, petani lain Ahmad mengaku sudah berangkat sejak pukul 05:00 WIB hingga pukul 17:30 WIB untuk menjaga tanaman padi miliknya dari serangan hama burung. Ia secara bergantian bersama isterinya menunggu burung dari pagi hingga siang kemudian dari siang hingga sore.
Meski sudah membeli jaring baru seharga Rp200 ribu untuk ukuran 16 meter dan lebar 2 meter dibentangkan di beberapa tempat di sawahnya namun hama burung tetap saja menyerang. Untuk meminimalkan kerugian akibat hama tersebut Ahmad juga mengaku membeli jaring bekas dari nelayan dengan harga Rp60 ribu-Rp80 ribu untuk ukuran yang sama.
Saat ini, katanya, cara penanggulangan secara tradisional pakai orang –orangan sawah dan bunyi-bunyian kurang efektif tidak membantu. Alasannya, hama burung sudah bebal dan tidak takut, kasarnya ngomong sudah tuli burung itu karena tak takut suara,” tandasnya.
Menyikapi hama burung pipit itu, Penyuluh Pertanian Kecamatan penenghanan, Suparmin mengatakan tingginya populasi burung pipit akibat pola tanam yang tidak serenta.
“Untuk meminimalisir hama burung itu, adalah melaksanakan pola tanam serentak,” katanya.
————————————
Senin, 16 Februari 2015
Penulis : Henk Widi
Editor : Sari Puspita Ayu
———————————–