Rapat Koordinasi Tambora Menyapa Dunia [Foto:CND] |
CENDANANEWS (Mataram) – Pada 11 April mendatang, tepat tiga abad gunung tambora meletus. Lutasan yang sempat mengubah iklim dunia tersebut diperingati dengan tema Tambora Menyapa Dunia. Persiapan terus dilaksanakan untuk mensukseskan acara tersebut.
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Zainul Majdi menyebutkan, segala kebutuhan terus dipersiapkan, seperti akomodasi, Hotel, Transportasi laut dan udara.
“Semuanya harus benar-benar dipastikan sudah siap dan bisa tersedia dengan baik, jangan sampai mengecewakan para peserta maupun tamu undangan yang datang ikut memeriahkan acara tersebut,” Kata Majdi usai melakukan rapat koordinasi peringatan 3 abad meletusnya Gunung Tambora di ruang rapat utama Kantor Gubernur NTB bersama lintas Satuan Kepala Perangkat Daerah (SKPD), Bupati Dompu, Kapolda NTB dan Danrem , Senin (30/03/2015).
Tidak hanya itu, Gubernur juga mengharapkan peran serta masyarakat dalam menjaga keamanan, karena diagendakan acara tersebut akan dihadiri oleh orang nomor satu di negara ini serta pejabat negara lainnya.
Sejarah Singkat
Gunung Tambora (atau Tomboro) adalah sebuah stratovolcano aktif yang terletak di pulau Sumbawa, Indonesia. Gunung ini terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan sampai barat laut, dan Kabupaten Bima (bagian lereng sisi selatan hingga barat laut, dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara), Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tambora terbentuk oleh zona subduksi di bawahnya. Hal ini meningkatkan ketinggian Tambora sampai 4.300 mdpl yang membuat gunung ini pernah menjadi salah satu puncak tertinggi di Nusantara dan mengeringkan dapur magma besar di dalam gunung ini. Perlu waktu seabad untuk mengisi kembali dapur magma tersebut.
Aktivitas vulkanik gunung berapi ini mencapai puncaknya pada bulan April tahun 1815 ketika meletus dalam skala tujuh pada Volcanic Explosivity Index. Letusan tersebut menjadi letusan tebesar sejak letusan danau Taupo pada tahun 181. Letusan gunung ini terdengar hingga pulau Sumatra (lebih dari 2.000 km).
Abu vulkanik jatuh di Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Maluku. Letusan gunung ini menyebabkan kematian hingga tidak kurang dari 71.000 orang dengan 11.000—12.000 di antaranya terbunuh secara langsung akibat dari letusan tersebut. Bahkan beberapa peneliti memperkirakan sampai 92.000 orang terbunuh, tetapi angka ini diragukan karena berdasarkan atas perkiraan yang terlalu tinggi. Lebih dari itu, letusan gunung ini menyebabkan perubahan iklim dunia.
Satu tahun berikutnya (1816) sering disebut sebagai Tahun tanpa musim panas karena perubahan drastis dari cuaca Amerika Utara dan Eropa karena debu yang dihasilkan dari letusan Tambora ini. Akibat perubahan iklim yang drastis ini banyak panen yang gagal dan kematian ternak di Belahan Utara yang menyebabkan terjadinya kelaparan terburuk pada abad ke-19.
———————————————————-
Senin, 30 Maret 2015
Jurnalis : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-