Pernikahan Dini Penyebab IPM NTB Tidak Kunjung Naik

Kepala BP3AKB NTB, Wismaningsih Drajadiah [Foto: CND]
CENDANANEWS (Mataram) – Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Nusa Tenggara Barat (NTB), Wismaningsih Drajadiah mengatakan, masih tingginya akan pernikahan usia dini di NTB, terutama di Lombok, menjadi salah satu penyebab tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) masyarakat NTB tidak kunjung naik dan tetap berada urutan bawah.
Menurut Wismaningsih peningkatan IPM suatu daerah sangat erat dan banyak dipengaruhi angka harapan hidup ibu dan anak. Di NTB sendiri angka kematian ibu dan anak masih saja sering terjadi, diakibatkan karena pernikahan usia dini yang secara aturan memang diperbolehkan, tapi kemudian berdampak terhadap kehidupan keluarga, karena tidak dipersiapkan secara maksimal.
“Jadi sudah sangat cukup parah, kondisi angka perkawinan pertama yang terjadi di NTB, pernah ada kenaikan tahun 2011 sampai 20, 12 persen tapi kemudian tahun 2012 turun dan tahun 2013 kembali nail hingga mencapai 51,8 persen dari seluruh masyarakat NTB” kata Wismaningsih di Mataram, Senin (30/3/2015).
Yang 51,8 persen tersebut merupakan pasangan dengan usia di bawah 19 tahun, kalau dihitung secara angka jumlahnya bisa mencapai ribuan dan yang paling tertinggi memang Pulau Lombok dan di Lombok sendiri, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) sebagai Kabupaten dengan penduduk paling padat pernah menjadi yang tertinggi, tapi belakangan beralih ke Kabupaten Lombok Tengah (Loteng).
“Untuk tahun 2014 kita masih menunggu dan memang belum dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) NTB, harapan kita tentu dengan berbagai program penyuluhan yang sudah dilakukan, angka pernikahan usia dini di NTB akan semakin menurun dan bisa ditekan semaksimal mungkin untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat termasuk IPM”.
Sementara itu, Ketua Majlis Ulama (MUI) NTB, Prof. Saiful Muslim mengatakan, masih tingginya angkan pernikahan usia dini di Mataram juga tidak terlepas dari pengaruh pergaulan dan media massa yang sudah demikian merajalela mempertontonkan tayangan tidak mendidik dan merusak mental anak remaja.
“Menekan perkawinan usia dini di NTB tentu menjadi tanggung jawab bersama dan tidak bisa disandarkan diatas pundak pemerintah semata, media termasuk diharapkan bisa berkontribusi untuk itu, melalui tayangan yang mendidik dan menyehatkan,”katanya.
Lihat juga...