Surahmat, Potret Transmigran Era Orde Baru di Celah Bukit Batu


CENDANANEWS (Kendari) – Dengan lauk sayur singkong bersantan dan ayam goreng plus ikan serta telur ceplok saya hanya ditagih Rp. 17.000,- harga yang cukup murah untuk dagangan di lokasi objek wisata. Kawasan Suaka Alam dan Margasatwa Tanjung Peropa yang terkenal dengan eksotisme air terjun Moramo terletak di kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara pada hari libur memang cukup ramai di kunjungi wisatawan. “Kalo dulu parkiran kenderaan sampai ujung (sambil menunjukkan arah ke gerbang objek wisata)” kata Surahmat sang pemilik warung. Pak Surahmat mengkisahkan asal mula statusnya sebagai salah seorang warga yang merintis objek wisata ini. “Saya ini sebenarnya warga transmigran yang didatangkan dari (Pulau) Jawa bersama isteri, waktu itu anak pertama saya masih berumur 40 hari. Pada awalnya saya ragu untuk ikut program transmigrasi ini maklum ya saya kan tidak memiliki latarbelakang petani” kenang Surahmat yang memiliki 5 putra dan seorang putri.
Jembatan yang dibuat saat Orde Baru, tak pernah dipervaiki di era-era berikutnya
Sekitar tahun 1976 Surahmat yang kelahiran Magelang bersama isteri asal Jakarta ini mengikuti program transmigrasi yang digagas Presiden Soeharto. Berangkat dari Tanjung Priok Jakarta dengan kapal laut Surahmat diberi lahan 1 (satu) hektar untuk tempat tinggal dan 1 (satu) hektar lagi lahan sawah untuk digarap. Bukan perjuangan yang mudah bagi Surahmat untuk menggarap lahan pertanian sebab beliau samasekali tidak memiliki pengalaman bertani, namun untunglah warga sesama transmigran mau bergotong-royong membantu meringankan beban Surahmat. Karena memiliki latarbelakang pernah kuliah selama 2 semester di universitas Indonesia ini Surahmat pun mulai mengajari anak-anak warga desa. Selanjutnya pada tahun 1982 setelah mendapatkan beasiswa dari pemerintah untuk Sekolah Pendidikan Guru di Kendari Surahmat resmi diangkat jadi Pegawai Negeri.

Lihat juga...