CENDANANEWS (Yogyakarta) – Program acara Angkringan di salah Stasiun Televisi Pemerintah TVRI Yogyakarta pada hari Kamis (12/3/2015) dipenuhi oleh siswa SMK dan rombongan kaum ibu. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Titiek Hediati Soeharto menjadi narasumber dalam acara tersebut.
Beberapa diantaranya adalah sisawa siswa dari SMK N 1 Godean jurusan multi media, ibu ibu PKK RT 03 Ngawen Trihanggo, Gamping Sleman, Rombongan ibu ibu pengajian Alfadillah Sidokarto Godean, Kelompok ibu ibu pengajian Al Amiin, Pandak Bantul.
Titiek Soeharto yang merupakan salah satu anggota Komisi DPR RI yang membidangi pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan menjadi pembicara dalam program angkringan yang akan dibagi menjadi dua sesi tersebut.
Tema yang dibahas dalam sesi pertama yakni “Ketahanan Pangan”, sementara pada sesi kedua membahas persoalan “kenakalan remaja”.
Haryono Suyono, selaku pengerak program Posdaya yang mendampingi Titiek Soeharto membahas pergeseran pola pertanian yang ada di Indonesia saat ini.
“Saat ini para petani menggunakan sistem yang lebih modern,mulai dari mengolah sawah sudah memakai traktor tanpa cangkul, menanam dengan alat transplanter dan masa panen menggunakan mesin pemanen,” ujar Haryono Suyono.
Ke depan Hayono Suyono berharap agar pola pertanian Indonesia lebih bisa modern sehingga ketersediaan beras bisa tercukupi.
Bu Titiek Soeharto yang menjadi narasumber utama dalam Program Angkringan tersebut juga menekankan kepada generasi muda agar tidak malu menjadi petani. Ia bahkan mengungkapkan agar para pemuda tetap kembali ke desa dan kembali membangun desanya masing masing.
“Bukan berarti saya melarang para pemuda untuk ke kota, asal bisa menuntut imunya untuk diterapkan di desa itu justru bagus untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat di kota,” ujar legislator dari Partai Golkar tersebut.
Harapan Titiek Soeharto agar para pemuda lebih mencintai pertanian diungkapkan dengan upaya pemerintah yang berpihak kepada petani. Bahkan selaku anggota DPR Titiek Soeharto menyampaikan saat ini pemerintah sudah mengalokasikan anggaran khusus untuk subsidi pupuk senilai 28 triliun.
“Namun faktanya saat saya melakukan kunjungan ke desa desa para petani masih mengeluhkan distribusi pupuk yang masih terhambat. Nah ini menjadi tugas pemerintah agar distribusi pupuk lebih lancar,jangan sampai saat mau tandur justru pupuk tidak ada,” ungakp Titiek.
Distribusi pupuk masih menjadi PR pemerintah dan pemerintah harus mengawasi didtribusi pupuk agar swasembada pangan busa tercapai.
Sementara itu dalam sesi dengan tema “Kenakalan Remaja” Titiek Soeharto mengharapkan agar para pemuda lebih memelihara nilai kesosialan yang mulai menurun. Nilai sosial yang mulai luntur tersebut ditunjukkan dengan kurangnya bertegur sapa.
“Perilaku pemuda sekarang kan jarang bertegur sapa, apalagi sebagai pendatang seharusnya lebih bisa bersosialisasi khususnya yang bermukim di Yogyakarta,” ujar Titiek Soeharto.
Persoalan sederhana yang berdampak pada nilai sosial ini harus tetap diperhatikan sebab kenakalan remaja menjadi persoalan yang sudah sangat sering terjadi saat ini. Nilai nilai adiluhung yang positif harus tetap dilestarikan terutama untuk bersosialisasi dengan sesama masyarakat.