CENDANANEWS (Lampung) – Masyarakat asli Lampung, terbagai dalam dua kelompok besar yaitu Pepadun dan Saibatin. Kelompok Lampung Pepadun umumnya mendiami daerah pedalaman, sementara masyarakat Lampung Saibatin lebih banyak mendiami wilayah sepanjang pantai timur, selatan, dan barat, karenanya sering disebut juga sebagai Lampung Pesisir.
Baik Lampung Pepadun maupun Saibatin memiliki keunikan masing-masing dari segi adat istiadat, busana, juga tatacara melangsungkan pernikahan. Selain itu di dalam upacara adat lampung juga ada keunikan lainnya yaitu dengan adanya pesilat di depan arak-arakan yang berfungsi sebagai pembuka jalan, hal ini menambah khasanah keragaman dan keindahan budaya masyarakat Lampung.
Tradisi ini berdasarkan pantauan Cendananews.com, masih dilestarikan dalam prosesi atau upacara pernikahan asli suku Lampung, baik Pepadun dan Saibatin. Menurut salah seorang pelestari budaya di marga Saibatin, Tumenggung Tongkok Podang, rangkaian prosesi tersebut sampai saat ini masih dilestarikan di seluruh wilayah Lampung.
Prosesi pencak silat, yang umumnya dilakukan kaum pria ini menurutnya selalu dirangkai dengan tarian, juga biasanya ada arak arakan tuping di mana para penari menggunakan topeng yang melambangkan prajurit saat perjuangan Raden Inten II. Pencak silat yang digunakan dalam prosesi ini, merupakan pencak silat secara khusus, sebab menurutnya pencak silat memiliki fungsi yang berbeda.
“Ada silat yang dimainkan untuk umum dan khusus. Secara umum dimaksudkan untuk penyambutan dan memeriahkan, sementara untuk khusus adat Saibatin dilakukan untuk penghormatan dan pengawalan bagi pangeran,” ungkap laki laki yang biasa dipanggil Ruslando ini kepada Cendananews.com Selasa (7/4/2015).
Pencak silat dan tarian tuping, biasanya dilakukan sebelum memasuki tempat upacara pernikahan. Sesampainya di lokasi pernikahan, masih akan ada prosesi penyambutan dengan tarian yang berbeda, yang biasanya dilakukan oleh wanita-wanita muda dengan tarian khasnya, untuk mengiringi pengantin hingga ke pelaminan.
“Ini menyimbolkan, adat Saibatin masih terus melestarikan tradisi yang secara turun temurun dilestarikan, terlihat dari prosesi yang melibatkan para penari, pencak silat,” ungkapnya.
Sesampainya di pelaminan, para penari lain akan menyajikan tarian yang biasanya berada di depan pelaminan serta di depan para hadirin yang hadir dalam resepsi pernikahan tersebut.
Kesakralan prosesi ini memang tetap dipertahankan, sebab dalam tradisi Lampung tidak semua orang bisa melangsungkan, rangkaian acara ini dilaksanakan berdasarkan keturunan yang ada di masing masing marga.
“Tidak serta merta suku asli Lampung bisa melangsungkan upacara semacam ini, sebab biasanya dilakukan untuk kalangan bangsawan berdasarkan keturunannya,” ungkap Ruslando.
Seperi diketahui, yang mendiami seluruh provinsi Lampung dikenal dengan sebutan Ulun Lampung (orang Lampung). Hingga saat ini masyarakat adat Lampung ditopang oleh dua pilar adat, yaitu Saibatin (Peminggir) dan Pepadun. Yang pertama kental dengan nilai aristokrat sementara yang kedua mengembangkan nilai demokratis.
Perbedaan yang mendasar dari kedua adat istiadat tersebut adalah status dan gelar seorang raja adat. Bagi adat Saibatin, dalam setiap generasi kepemimpinan hanya mengenal satu orang raja adat yang bergelar Sultan. Hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin artinya satu batin atau satu orang junjungan.
Seorang Saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis lurus sejak zaman kerajaan yang pernah ada di Lampung dahulu kala (Sai Batin Paksi).
Meski masyarakat adat Saibatin mengacu pada norma kesusilaan dan sistem sosial berdasarkan prinsip keserasian, tetapi umumnya memiliki hubungan sosial terbuka terhadap sesama warga tanpa membedakan etnis maupun keturunan. Ikatan kekerabatannya didasarkan pada keturunan (ikatan darah), ikatan perkawinan, ikatan mewarei (persaudaraan), juga ikatan berdasarkan pengangkatan anak.
Tradisi tersebut bahkan hingga zaman modern ini tetap dipertahankan meskipun zaman modern dengan perubahan di berbagai bidang.
“Kita masih terus melestarikan dari generasi ke generasi sehingga sejak kecil pun keturunan kita sudah diajarkan untuk lebih mengenal adatnya,” ungkap Ruslando.
Tumenggung Tongkok Podang berharap, nilai nilai budaya yang ada di Lampung ini dikenalkan dalam pendidikan, sehingga anak didik yang ada di Lampung pun mengenal bahwa tradisi dan budaya ini masih tetap ada hingga sekarang.
Salah satu jenis kesenian yang khas yang biasanya disajikan dalam kegiatan umum selain pernikahan diantaranya adalah tari sembah (sigeh penguten). Tarian ini sudah seperti tarian wajib ritual penyambutan dan memberikan penghormatan kepada tamu atau undangan yang datang pada acara hajatan adat (begawi), kunjungan tokoh masyarakat, dan lain-lain.
Tarian ini biasanya diiringi dengan tabuhan tari melinting untuk menyambut kedatangan raja-raja. Kini tari sembah kerap kali ditampilkan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung.