Jimmy Afar menunjukkan salah satu batik Port Numbay |
CENDANANEWS (Jayapura) – Dari data yang dihimpun Cendana News, keberadaan industri batik Papua terancam punah. dari sekitar 10 pembatik yang ada, tersisa 5 orang. Dimana, kelima pembatik ini tak lagi muda lantaran dimakan usia.
Salah satu pembatik yang ada di pendopo Batik Port Numbay, Merry Affar (45) mengaku kesulitan untuk mewarisi ilmu mencanting bagi generasi muda. Kalaupun ada yang belajar mencanting, rata-rata tidak berlangsung lama dan hanya sebagai pekerjaan sementara sebelum mendapatkan pekerjaan lain.
Pada tahun 2011 lalu, ada sekitar 10 orang asal Papua yang dikursuskan oleh Pemerintah Daerah setempat ke Pulau Jawa untuk belajar membatik. Dari 10 orang itu, saat ini yang tersisa hanya 5 orang, yakni empat orang masih terus membatik setiap harinya di pendopo Port Numbay milik Jimmy Affar dan sisanya hanya membatik jika ada pesanan.
“Anak muda tak ingin serius dalam belajar membatik. Terkadang kegiatan membatik juga terkendala dengan lingkungan rumah tangga, terutama para suami yang tidak mendukung kegiatan sang istri dalam membatik,” ungkap Merry.
Desainer batik Port Numbay, Jimmy Affar mengaku upaya untuk mengkampanyekan seni membatik pada para pemuda terus dilakukan, salah satunya ada dua sekolah menengah kejuruan di Jayapura yang memiliki mata pelajaran membatik.
“Sangat perlu untuk pelestarian batik Papua. Sebab membatik di Papua, tidak hanya sekedar mencanting, namun juga ada makna cerita tersendiri dalam cantingan itu,” kata Jimmy.
Ada makna kebersamaan, lanjutnya, serta penghormatan kepada kaum perempuan dan cerita bermakna lainnya dalam setiap cantingan. Setiap suku di Papua, memiliki corak dan cerita sendiri dalam setiap karyanya.
Memang benar, dikatakan Jimmy, saat ini industri pabrikan batik dari luar Papua telah membanjiri Papua. Ia khawatir jika tidak ada proteksi terhadap karya asli Papua, maka corak dan gambar untuk batik di Papua akan punah dan susah untuk didapatkan kembali.
“Coba bayangkan, dari lima pembatik yang tersisa, kami dikelilingi oleh karya-karya batik pabrikan dari luar Papua. Paling tidak, pemerintah setempat dapat memproteksi karya asli Papua. Agar batik Papua dapat diwarisi kepada anak dan cucu kita di tanah Papua yang tercinta ini,” keluhnya.
——————————————————-
Jumat, 29 Mei 2015
Jurnalis : Indrayadi T Hatta
Fotografer : Indrayadi T Hatta
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-