Sejumlah warga Kelurahan Banjar nampak sedang membuat kerajinan dari sampah non organik |
CENDANANEWS (Mataram) – Bagi sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat yang hidup dan tinggal di perkotaan, sampah kerapkali dipandang sebagai sesuatu yang sangat memuakkan, bau dan menjijikan. Sampah juga tidak jarang menimbulkan musibah berupa banjir, akibat tumpukan sampah yang menyumbat selokan atau drainase jalan lingkungan.
Tapi sampah juga bisa menjadi berkah, kalau pengelolaan dilakukan dengan baik serta tahu bagaimana harus mengolahnya dari barang tidak berguna menjadi memiliki nilai ekonomis, prinsip itulah yang dilakukan warga masyarakat Kelurahan Banjar, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Semua sampah non organic diolah dan dijadikan bahak membuat kerajinan.
“Sampah terutama sampah non organik, akan menjadi berkah tersendiri bisa kalau dikelola dengan baik dari barang bau dan tidak berguna menjadi barang bernilai ekonomis, khususnya bagi masyarakat yang selama ini banyak menghasilkan sampah,” kata Ketua Kampanye Gerakan Hidup Sehat dan Bersih (Kardus) Kelurahan Banjar, Baiq Nurhayati di Mataram, Rabu (20/5/2015).
Nurhayati menyebutkan di Kelurahan banjar, semua sampah non organik, berupa plastik bekas bungkus kopi, deterjen, botol bekas minuman dan beberapa sampah non organik lain diolah sedemikian rupa menjadi bahan kerajinan dalam berbagai bentuk, jenis dan ukuran.
Ketua Kampanye Gerakan Hidup Sehat dan Bersih (Kardus) Kelurahan Banjar, Hj. Baiq Nurhayati, saat menunjukkan tas anak-anak hasil kerajinan yang dibuat dari bekas bungkus deterjen |
Bekas botol atau gelas minuman dari plastik oleh masyarakat yang tergabung dalam kelompok bang sampak Kardus diolah dan dibuat menjadi bahan kerajinan keranjang dalam ukuran besar dan kecil dengan berbagai motif warna yang dipadukan, sehingga selain kelihatan bagus ada juga nilai seninya. Sementara untuk bekas bungkus kopi atau jajanan lain dibuat menjadi kerajinan bunga.
“Bagi warga masyarakat Lingkungan Banjar, semua sampah terutama sampah non organik tidak ada yang dibuang, oleh Kardus, sampah yang dihasilkan warga dibeli dan ada juga yang memberikan secara sukarela dan diolah menjadi kerajinan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diolah secara kreatif,”katanya.
Lebih lanjut Nurhayati mengatakan, beberapa instansi pemerintahan dari luar NTB seperti Magelang dan Cirebon pernah melakukan studi banding ke Kampung Banjar untuk melihat dan belajar secara lansung bagaimana melakukan pengolahan sampah non organik dan Kelurahan Banjar menjadi salah satu Kelurahan percontohan baik di Kota Mataram, maupun bagi Kota lain di Indonesia.
Keranjang hasil kerajinan yang dibuat dari bekas gelas dan botol plastik minuman |
Sekretaris Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP. PKK), Kelurahan Banjar, Indraningsih yang juga bagian pemasaran bank sampah Kardus mengatakan, hasil kerajinan yang dihasilkan kelompok Kardus sampai saat ini memang tergolong sudah cukup bagus, karena terus diberikan pelatihan dan pembinaan dan akan terus ditingkatkan.
“Pembinaan dan pendampingan akan terus dilakukan, supaya bisa menghasilkan kualitas kerajinan yang selain bagus juga memiliki nilai seni, Cuma yang menjadi permasalahan sekarang adalah masih lemahnya jaringan untuk pemasaran dalam sekala besar, sehingga penjualan hasil kerajinan sifatnya masih sebatas dari mulut ke mulut,”katanya.
Pemkot Mataram dalam hal ini tentunya diharapkan bisa membantu kelompok bang sampah Kardus dalam membukakan jalan terkait pemasaran hasil kerajinan yang dihasilkan dari pengolahan sampah.
—————————————————-
Rabu, 20 Mei 2015
Jurnalis : Turmuzi
Fotografer : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo
—————————————————-