Salah seorang anggota sanggar Kampung Budaya Sesela saat melakukan pementasan |
CENDANANEWS (Mataram) – Adanya kegelisahan akan keberadaan wayang sasak yang semakin tenggelan dan banyak ditinggalkan generasi muda di Lombok mendorong kelompok sanggar masyarakat Kampung budaya Sesela, Kabupaten Lombok Barat (Lobar) mendirikan sekolah pedalangan yang mengajarkan kelompok pemuda setempat tentang ilmu pewayangan dan pedalangan yang diharapkan bisa menjadi generasi penerus kedepannya.
Abdul Latif, Ketua perkumpulan IDEAKSI yang menginisiasi sekolah pedalangan wayang sasak bersama kelompok sanggar Kampung Budaya Sesela Lobar mengatakan, keberadaan wayang sasak sekarang ini sudah sangat memperihatinkan, dimana pertunjukkan wayang telah begitu tertinggal dan ditinggalkan oleh perkembangan zaman yang melesat demikian cepat.
“Sekarang ini keberadaan wayang sasak seolah seperti dongeng malam yang kian menghilang, berangkat dari kenyataan itulah seluruh warga kampung budaya Sesela bersama perkumpulan IDEAKSI bertekad menjaga tradisi dan budaya kita bersama dengan mewujudkan sekolah pedalangan wayang sasak dan ini kami hajatkan untuk anak muda geberasi penerus, tentu saja agar kita tak kehilangan jejak atas budaya dan tradisi leluhur kita” kata Latif di Lombok Barat, Sabtu (30/5/2015).
Sekolah pedalangan ini juga akan menjawab tantangan zaman saat ini, dengan melahirkan dalang-dalang muda yang memiliki kepekaan sosial, budaya dan lingkungan yang tinggi, dalang yang akan memberikan pertunjukkan wayang yang segar, lebih ramah dengan kemajuan zaman dan akrab dengan perkembangan teknologi komunikasi mutakhir.
Sementara itu, kepala sekolah pedalangan wayang Sasak Lombok, Muhaimi mengatakan berdasarkan data Disbudpar NTB, jumlah dalang yang tersisa saat ini tidak lebih dari 40 orang dan hanya 13 yang aktif, itupun usia mereka telah lanjut. Sekolah pedalangan ini akan menjawab rasa takut dan kehawatiran kita semua akan hilangnya generasi penerus para dalang di Pulau Lombok.
“Saya meyakini, melalui sekolah yang dibangun dengan rasa cinta dan keyakinan semua ini akan bisa terwujud dengan bergerak bersama, dukungan semua pihak yang tidak ingin kehilangan tradisi dan budaya wayang sasak Lombok,”katanya.
Emi mengatakan, sekolah pedalangan wayang Sasak sendiri merupakan sekolah pedalangan yang pertama di Lombok bahkan di NTB, nantinya siswa pertama terdiri dari 30 siswa dan enam orang tim pengajar dan di bagi menjadi tiga kelas yaitu kelas dalang, kelas musik dan kelas tatah wayang.
“Mereka akan dilatih sebaik mungkin dan jika mereka berhasil kelak, mereka akan menjadi penanda lahirnya generasi penerus sehingga kita tidak kehilangan tradisi dan budaya leluhur kita,”katanya.
penabuh musik tradisional |
Para siswa sekolah pedalangan wayang sasak, Lombok nampak mendengarkan pengarahan dari ketua sanggar |
——————————————————-
Sabtu, 30 Mei 2015
Jurnalis : Turmuzi
Fotografer : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo
——————————————————-