Modal Minim Kaum Ibu di Lampung Olah Beraneka Makanan Ringan

Olahan Makanan Ringan
CENDANANEWS (Lampung) – Beberapa wanita sedang memasukkan kue yang disebut dengan kue tusuk gigi ke dalam plastik plastik kecil. Kue kue tersebut diberi bumbu balado berwarna kemerahan yang menebarkan aroma pedas yang merangsang untuk mencicipi. Selain makanan ringan jenis cucuk gigi balado, kue berbahan tepung terigu lainnya juga dibuat diantaranya untir untir,peyek kacang serta makanan ringan lainnya.
Beberapa makanan ringan lain yang dibuat diantaranya keripik pisang, keripik singkong, kacang tanah goreng, bakso goreng, marning, kacang japri goreng, makaroni goreng. Semua makanan ringan untuk camilan tersebut dibuat dengan cara tradisional dan dikerjakan oleh sekitar 8 wanita yang bekerja bersama ibu Hamroh (45) di Dusun Karanganyar Desa Klaten Kecamatan Penengahan Lampung Selatan Provinsi Lampung.
Hamroh selaku pemilik usaha rumahan yang diberi nama “Ratu Jaya” tersebut mengaku awalnya hanya membuat makanan ringan jenis keripik pisang. Bahan baku pisang mudah diperoleh di daerahnya karena rata rata petani menanam pisang sehingga ia membeli bahan baku dari para petani untuk pembuatan keripik pisang.
“Karena mudah mencari bahan baku pisang termasuk singkong membuat suami saya berpikir waktu itu untuk membuat keripik pisang dan keripik singkong,”ungkap Hamroh kepada media CND Kamis (14/5/2015).

Usaha makanan ringan yang dibuat karena mudahnya memperoleh bahan baku tersebut diakui Hamroh hanya menggunakan modal sekitar Rp500ribu. Pisang yang dibelinya seharga Rp15ribu per tandan kemudian diolah menjadi keripik pisang. Demikian juga singkong dibelinya seharga Rp20ribu perkarung untuk bahan baku singkong.
“Awalnya dijajakan di sekitar warung sekolah serta warung warung di sekitar desa ini lalu bisa keluara desa kami,”ungkap Hamroh.
Hamroh yang suaminya Masri (50) adalah seorang pegawai negeri sipil tersebut kemudian muli membuat berbagai jenis makanan ringan lain setelah mulai mendapat banyak pesanan dari beberapa warung. Usaha yang berdiri sejak tahun 2011 tersebut diakui Hamroh mulai kekurangan tenaga kerja yang membantu mengolah serta membungkus dan memasarkan.
Awalnya hanya Hamroh dibantu dua orang anaknya, namun setelah berjalan sekitar 5 tahun usaha tersebut akhirnya mempekerjakan sebanyak 8 orang ibu ibu di sekitar rumahnya. Kaum ibu tersebut membantu menekuni usaha yang digeluti Hamroh disela sela musim tanam di desanya.
“Kebetulan saat mas datang ke sini sedang musim menanam jagung jadinya yang biasa kerja di sini banyak yang jadi buruh tanam jagung,”ungkap Hamroh.
Biasanya kaum ibu di daerah Karanganyar diakui Hamroh merupakan kaum ibu yang saat musim tanam akan menjadi buruh tanam jagung, saat musim panen jagung akan menjadi buruh tanam jagung. Berbekal pembinaan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) pedesaan untuk usaha kecil, Hamroh akhirnya belajar cara pengolahan makanan kecil lainnya.
Ia mengaku bersama kelompok PNMP khusus ibu ibu yang jumlahnya sekitar 5 orang satu kelompok bisa mendapatkan pinjaman permodalan sekitar 2 juta yang diangsur Rp 115ribu perbulan. Setelah modal bertambah, usaha keripik pisang olahannya dalam sehari busa mengolah sekitar 10 tandan sementara singkong secara manual sehari bisa dua karung seberat 100 kilogram. Bahan bahan tersebut diolah menjadi ratusan bungkus keripik yang siap jual.
“Untuk distribusi ada orang yang khsusus mengantarkan seminggu tiga kali ke warung warung dengan isi satu pak 20 bungkus dijual 8ribu per pack,”ungkap Hamroh.
Selain permintaan dari warung warung, permintaan dari Provinsi Benten diantaranya ke Cilegon Banten diantaranya keripik pisang dan keripik singkong. Makanan ringan buatan Hamroh diakuinya merupakan jenis makanan tradisional yang disukai anak anak sehingga lebih banyak dijual di warung warung desa, namun dari jangkauan penjualan ia mengaku sudah melintasi beberapa kecamatan bahkan hingga ke luar pulau Sumatera.
Pengolahan yang dilakukan secara tradisional tersebut sayang sekali tak bisa dijumpai media ini sebab proses pengolahan sudah berlangsung sejak pagi dan saat media ini mengunjungi usaha kecil tersebut sedang dalam proses pembungkusan.
“Sudah masuk tahap pembungkusan mas jadi tidak bisa melihat proses awal dari mengupas singkong, pisang hingga digoreng,” ujar Hamroh.
Varian rasa yang dicampurkan dalam keripik singkong, keripik pisang buatannya diantaranya keripik pisang manis, keripik pisang balado, keripik singkong balado, keripik singkong keju, coklat, serta makanan ringan dengan rasa bervariasi. 
Salah seorang wanita yang bekerja ikut membantu Hamroh, Zubaidah mengaku saat ini ia membantu memasukkan kue kue ringan tersebut daripada menganggur di rumah. Zubaidah mengaku mendapat upah yang cukup sekedar untuk ditabung anaknya di sekolah.
“Saya kebetulan sedang tidak bisa ikut upahan di kebun menanam jagung tapi saya biasa kerja di sini bantu bantu ibu Hamroh bikin kue ini, lumayanlah mas,”ujar Zubaidah.
Pengolahan makanan ringan yang masih  menggunakan cara manual tersebut menurut Hamroh karena keterbatasan modal. Ia berharap ke depan ia bisa mampu membeli peralatan yang lebih bagus sehingga produksinya bisa lebih banyak dan bisa membantu kaum ibu yang ada di desanya.
Usaha kecil yang ditekuninya juga menurut Hamroh pernah dikutkan dalam perlombaan usaha kecil menengah tingkat kabupaten, namun tidak menang. Meski tidak menang tapi Hamroh bersyukur sebab pihak dinas kesehatan melakukan pengecekan terkait bahan bahan yang digunakan sehingga mendapat sertifikat keamanan produk makanan olahan yang dibuatnya.
“Keterbatasan modal kan jadi masalah umum di sini, tapi meski modalnya kecil kami terus berproduksi semoga ke depan ada pinjaman lunak untuk mengembangkan usaha yang kami jalani selama ini,”ungkap Hamroh.
Hamroh mengaku selain memberdayakan kaum ibu yang ada di desanya ia melihat potensi bahan baku yang sering dijual ke luar daerah. Karenanya ia ingin mengolah bahan baku yang mudah diperoleh tersebut menjadi makanan ringan yang nilai jualnya lebih tinggi.

———————————————————- 
Kamis, 14 Mei 2015
Jurnalis     : Henk Widi
Fotografer : Henk Widi
Editor       : ME. Bijo Dirajo
———————————————————-
Lihat juga...