Kepala BKKBN NTB, Viginia Anggraeni saat menyampaikan materi di acara nangkring bareng Kompasiana kerjasama dengan BKKBN di hotel Puri Indah Mataram |
MATARAM — Sampai saat ini angka pernikahan usia dini di Nusa Tenggara Barat, khususnya di Pulau Lombok masih belum sepenuhnya mampu dituntaskan, meski berbagai program penyuluhan, pemberdayaan sudah dilakukan, termasuk dengan menggandeng tokoh agama, masyarakat dan tokoh Budaya.
“Masih tinggi angka pernikahan usia dini di NTB dan banyak terjadi, tidak hanya di kota, tapi juga di desa – desa dengan usia perkawinan rata di bawah 19 tahun, malahan tidak sedikit yang menikah di usia 13 tahun,” kata Kepala BKKBN NTB, Virgiania Anggaraeni di Mataram, Minggu (1/11/2015).
Angka pernikahan dini masih tinggi paling dominan disebabkan karena faktor ekonomi, sosial dan pergaulan bebas, tanpa memahami secara utuh dampak yang akan ditimbulkan akibat pernikahan usia dini, baik terhadap kesehatan ibu maupu perkembangan anak, karena tidak dipersiapkan secara matang.
Karena itulah selain mendorong lahirnya Perda pendewasaan usia perkawinan, program lainnya yang dicanangkan BKKBN NTB adalah program generasi berencana yang banyak menyasar kalangan kaum muda, untuk ikut mengkampanyekan pencegahan pernikahan usia dini.
“Melalui program generasi berencana nantinya yang banyak merangkul kalangan muda, angka pernikahan usia dini, khususnya di NTB bisa ditekan,” katanya.
Sebelumnya Badan Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak menyebutkan, angka pernikahan usia anak di NTB masih tinggi yaitu mencapai 50,1 persen.
MINGGU, 01 November 2015
Jurnalis : Turmuzi
Foto : Turmuzi
Editor : ME. Bijo Dirajo