Massa aksi menunjukkam poster berisi tuntutan |
YOGYAKARTA — 50-an massa menamakan diri Mahasiswa Nusantara Melawan Asap kembali turun ke jalan tepatnya erempatan Tugu Pal Putih, Yogyakarta. Mereka menuntut penyelesaian bencana asap dan menyerukan jika bencana asap disebabkan ulah korporasi tak bertanggung-jawab, yang hanya ingin mengeksploitasi alam.
Koordinator Umum aksi, Triyaldi Pane mengatakan, aksi yang terdiri dari mahasiswa seluruh nusantara yang berasala dari Sumatera dan Kalimantan menuntut kepada pemerintah agar bertanggung-jawab terhadap korban bencana asap.
“Tiga bulan lebih kabut asap menyelimuti beberapa kawasan di Indonesia. Terutama Sumatera dan Kalimantan dan bencana asap dari kebakaran hutan bukan hanya karena pengaruh musim kering. Namun, juga ada sejumlah pihak yang sengaja membakar hutan untuk membuka lahan,”sebutnya.
Disebutkan, berdasar data dari WALHI, sejumlah korporasi tercatat sengaja membakar hutan untuk membuka lahan. Dan salah satu cara untuk memberikan efek jera dengan memboikot produk-produk tertentu seperti kertas tissue dan minyak kelapa dengan merk tertentu, yang menurutnya selama ini telah nyata-nyata membakar hutan.
Triyaldi menegaskan, bencana asap juga terjadi karena pemerintah tidak tegas dan tidak teliti dalam memberi izin pembukaan lahan baru kepada sejumlah korporasi. Tindakan pemerintah, menurutnya, tidak cukup hanya dengan menyiramkan air ke dalam hutan.
“Tapi, tindakan tegas pemerintah untuk berani mencabut izin korporasi kelapa sawit dan korporasi lainnya yang selama ini sering membakar hutan untuk membuka lahan baru”, ujarnya.
Aksi massa Mahasiswa Nusantara Melawan Asap dimulai dengan longmarch dari kawasan perempatan Jalan Jenderal Sudirman, Yogyakarta. Diikuti pula oleh sejumlah aktivis lingkungan, aksi menuntut kepada pemerintah untuk bertanggung-jawab atas kesehatan masyarakat terdampak asap selama satu tahun ke depan. Massa aksi juga menuntut agar pemerintah berani tegas memenjarakan pelaku pembakaran hutan dan mengadili pejabat yang terlibat.
MINGGU, 01 November 2015
Jurnalis : Koko Triarko
Foto : Koko Triarko
Editor : ME. Bijo Dirajo