Harga Anjlok Petani Lampung Pilih Simpan Gabah Pasca Panen

KAMIS, 24 MARET 2016
Jurnalis : Henk Widi / Editor : ME. Bijo Dirajo/ Sumber Foto: Henk Widi 

LAMPUNG — Para petani di Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Selatan memilih menyimpan gabah ketimbang melepasnya ke pasaran yang dibeli para pemilik modal yang menjalankan bisnis penjualan gabah sesudah panen di sawah. Harga Gabah Kering Sawah (GKS) kini anjlok dibandingkan harga pekan lalu.
Panen Padi di Lampung
Menurut Kepala Desa Pasuruan Kecamatan Penengahan, Kartini, harga GKS anjlok hingga rata-rata Rp 3.400 per kilogram. Harga tersebut bahkan bisa turun jika panen yang dilakukan petani serempak dan stok gabah ditingkat petani melimpah.
“Padahal, satu pekan lalu harga gabah minimal Rp4.100 per kilogram dan sudah membuat gembira petani. namun semakin banyak yang panen harga menurun drastis,”  ungkapnya kepada Cendana News, Kamis (24/3/2016).
Kartini yang melakukan pengecekan hasil pada padi sawah yang merupakan tanah bengkok (tanah inventaris desa) menyebutkan, harga yang semakin turun merupakan kerugian bagi petani, sehingga harus berpikir panjang untuk melepas kepada tengkulak atau pembeli gabah. Pembeli gabah sudah melakukan transaksi dengan pemilik sawah sesaat sesudah panen sehingga harga tak bisa dikendalikan dan cenderung turun. Diakuinya sebagian besar petani di wilayahnya menanam padi varietas Ciherang dan IR 46.
Petani lainnya, Wagimin mengatakan, agar tidak rugi, petani memilih menyimpan gabah setelah dikeringkan di lumbung atau di beberapa tempat penggilingan padi. Sebagian dijual kembali untuk modal tanam pada akhir Maret hingga April mendatang.
“Lebih baik menyimpan meski sebagian dijual untuk kebutuhan sehari hari, karena kami juga membutuhkan uang untuk membeli keperluan lain,”ungkap Wagimin saat ditemui di sawah miliknya.
Biasanya, gabah yang disimpan petani di lumbung atau tempat penggilingan jumlahnya minimal satu ton atau disesuaikan dengan hasil panen. Misalnya, jika petani memiliki sawah seluas satu hektare dan menghasilkan sekitar 6,5 ton gabah, maka sebanyak 3 ton akan disimpan sebagai persiapan masa paceklik dan berjaga saat membutuhkan uang.
Hal yang sama juga diebutkan petani di Desa Sumbernadi Kecamatan Ketapang Lampung Selatan,  Samudi. Harga GKS, sekarang ini hanya sekitar Rp 3.200 per kilogram. Harga yang tak sebanding dengan biaya produksi dan operasional pengolahan tanah dan sawah hingga panen.
Ia mengakui harga gabah yang anjlok tersebut tidak sebanding dengan perjuangan para petani yang sering kesulitan memperoleh pupuk saat masa tanam. Sementara itu saat panen harga gabah anjlok dan merugikan petani yang berharap harga gabah bisa menguntungkan petani.
“Sebagian gabah saya sudah diborong semua oleh pembeli gabah karena memang saya hendak menyiapkan untuk merenovasi rumah dan hanya sebagian yang saya simpan untuk persediaan,” ujar petani yang mendapat panen sebesar 5 ton dan menjual 2 ton gabahnya di sawah tersebut.
Ia mengaku kebanyakan pembeli gabah adalah bos dari wilayah Provinsi Banten yang sengaja datang saat musim panen. Pembeli sudah jauh jauh hari mengecek kondisi padi sebelum dipanen dan melakukan negoisasi harga setelah padi dirontokkan oleh para petani. Karenanya Ia sengaja menyimpan sebagian gabah untuk dijual saat harga normal dengan harapan memperoleh keuntungan.
Meski harga GKS turun drastis, tetapi harga beras di semua pasar tradisional di Lampung  masih tinggi dibanding dua bulan sebelumnya. Harga beras kelas medium di Pasar Inpres Kalianda, masih di kisaran Rp.9.000 per kilogram dari sebelumnya Rp.8.200 per kilogram. Namun, masyarakat yakin dalam satu-dua pekan mendatang, harga beras akan kembali normal.
Camat Kecamatan Penengahan Lukman Hakim  mengatakan bahwa sebagian besar petani di Kecamatan Penengahan kini panen raya. Terutama beberapa desa di kaki Gunung Rajabasa.
“Kita pantau memang harga gabah anjlok karena produksi padi di tingkat petani melimpah dan faktor kebutuhan petani yang menjualnya kepada pembeli dari luar daerah,” ujarnya.
Produksi beras diharapkan bisa mencapai target ratusan ribu ton tahun ini di sejumlah desa yang sudah melakukan panen raya.
Sementara itu berdasarkan pantauan, sebagian besar lahan padi di sawah yang ada di Kecamatan Ketapang, Kecamatan Penengahan masih belum dipanen dan diperkirakan akan panen di akhir Maret. Sebagian tanaman padi bahkan
roboh akibat terjangan cuaca buruk dengan adanya angin dan hujan. Sementara sebagian petani sudah melakukan panen untuk padi jenis IR 46 dan Ciherang serta ketan.
Lihat juga...