KAMIS, 21 APRIL 2016
Jurnalis :Rianto Nudiansyah / Editor : Rustam / Sumber Foto : Rianto Nudiansyah
BANDUNG – Ketua Tim Pembina (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Bandung, Atalia Praratya menyampaikan, emansipasi wanita tak harus kebablasan. Dimana cenderung melupakan kodratnya sebagai anak, ibu dan sebagai istri.

Atalia Praratya
Diketahui, tepat 21 April ini dimaknai sebagai hari kelahiran Pahlawan Wanita, Raden Adjeng (RA) Kartini. Pelopor emansipasi wanita di Indonesia ini wafat pada 17 September 1904 silam.
Menurut Alatia, boleh saja para wanita berjuang mensejajarkan diri dengan kaum adam, terkait pendidikan dan membuat karya. Idealnya, hal ini untuk melengkapi keberadaan lelaki .
“Bagaimana, banyak perempuan yang mengangkat emansipasi setinggi mungkin, tapi mereka lupa pada kodratnya,” ujar Atalia di Gedung Wanita, Jalan LRE Martadinata, Kota Bandung, Kamis (21/4).
Menurutnya, para wanita di era moderen ini punya peluang besar untuk menjadi Kartini selanjutnya. Mengingat lebih mudah untuk mendapatkan informasi. Dibandingkan zaman R.A Kartini, tak banyak masyarakat yang mendapat kesempatan untuk menimba ilmu.
“Yang kita rasakan sekarang adalah perempuan-perempuan siapapun adalah Kartini-Kartini yang tidak tercatat sejarahnya. Karena perempuan-perempuan ini adalah mereka yang akan melahirkan generasi selanjutnya,” bebernya.
Pendidikan, adalah faktor penting untuk meneruskan perjuangan dari R.A Kartini, dengan cara meningkatkan wawasan pengetahuan yang lebih luas. Pendidikan itu bisa diraih dari mana saja, tidak melulu dari bangku sekolah.
“Setiap perempuan ini punya tanggung jawab besar dalam mendidik generasi penerus mereka. Karena itu yang menjadi akar permasalahan adalah pendidikan dan kebodohan,” ucapnya.
Tantangan pada era digital ini, memang lebih besar. Disamping informasi lebih terbuka, namun banyak pula hal negatifnya. Contohnya saja, maraknya situs porno yang bisa diakses dengan mudah. Tentunya menjadi pekerjaan berat bagi seorang ibu untuk menjembatani anaknya ke arah yang positif.
“Saya khawatir perempuan-perempuan sekarang lupa, bahwa mereka tetap harus punya etika dan akhlak, supaya nanti anak-anak kita bisa menjembatani dirinya sendiri,” paparnya.
Intinya, tugas wanita khususnya seorang ibu, harus lebih berwawasan melebihi buah hatinya. Karena itu, jangan cepat merasa puas diri terhadap wawasan yang dimiliki.
“Kehadiran seorang ibu untuk terus menambah wawasan karena mereka berkejaran dengan waktu, kita mendapatkan satu ilmu sementara anak kita sudah 10 ilmu, terus seperti itu,” tukasnya.