Banjir Menerjang Sawah, Petani Lampung Selatan Merugi

SENIN, 25 APRIL 2016
Editor : Rustam Djamaluddin
LAMPUNG – Petani  padi  sawah di  Kecamatan Bakauheni dan Kecamatan Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, hanya bisa pasrah,  setelah melihat padi yang siap dirontokkan terendam air. 


Air yang menggenai sawah berasal dari luapan air hujan yang turun sejak Minggu (24/4/2016 hingga Senin pagi ini  (25/4/2016.  Selain sawah yang  diterjang banjir, rumah warga juga jadi sasaran. Termasuk areal tambak warga yang jadi korban. 
Akibat terjangan banjir tersebut, warga di dua kecamatan itu mengalami kerugian yang cukup parah. Pemerintah diharapkan secepatnya bertindak untuk membantu masalah yang dihadapi warga.
Pantauan Cendana News, terjangan banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kecamatan Bakauheni dan Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan,  mengakibatkan rumah warga dan jalan nasional terendam. 
Paska banjir surut, warga Desa Sripendowo, Kecamatan Ketapang hanya bisa pasrah,  akibat tanaman padi yang telah dipotong dan ditumpuk,  lenyap diterjang air bah yang meluap dari  sungai di dusun Kalisupi. Terjangan air bah itu tak menyisakan sebatang padi.
Salah seorang petani Dusun Kalisupi,Desa Sripendowo, Bregah   (36) mengaku,  hujan yang turun pada malam hingga dini hari mengakibatkan warga tidak pergi ke sawah untuk melihat padi yang telah ditumpuk.
Bregah mengaku,  beberapa petak sawah yang telah dipotong padinya oleh pekerja,  rencananya akan dirontokkan dengan sistem manual. Namun saat dilihat,padi sudah hanyut. Kalaupun ada yang tersisa, padi sudah terendam air bercampur lumpur. 
Bergah memperkirakan satu hektar sawah miliknya bisa menghasilkan minimal 3 ton gabah,  namun sebagian yang telah dipotong dan hanyut terbawa arus sungai diperkirakan sekitar dua kuintal. 
Dua kuintal padi yang hanyut  tersebut , ungkapnya,  akan dirontokkan dua kelompok perontok padi yang merupakan warga penanam padi dengan sistem bagi hasil.  Meski mengalami kerugian akibat tumpukan padi  hanyut ,  beruntung lahan sawah di seberang sungai masih aman dari terjangan banjir.
Padi yang roboh akibat terjangan banjir dan material lumpur, posisinya berada sejajar dengan sungai. Beberapa petani yang memotong padi roboh,  terpaksa bekerja keras untuk  mengamankan padi agar tidak diterjang banjir lagi. Sebab kondisi cuaca saat ini di wilayah Lampung Selatan masih berpotensi hujan.
“Harus cepat dijemur agar padi tidak lembab. Kalau tidak lekas dijemur berasnya menjadi kecoklatan dan tidak laku dijual,  kemungkinan hanya untuk konsumsi sendiri,” ungkap Sopian, salah seorang petani yang memanen padi kepada Cendana News, Senin (25/4/2016).
Sopian mengaku memilih mengangkut  padi yang akan dirontokkan ke tanggul,  akibat pengalaman dua tahun sebelumnya pernah mengalami kejadian banjir serupa. Ia bahkan mengaku kehilangan lima karung padi siap angkut yang masih tersimpan di sawah.
“Banjir kali ini membuat padi sawah kami roboh dan padi dipotong terbawa arus. Tapi pengalaman dua tahun lalu, padai  sudah dalam karung pun terbawa arus sungai,” terang Sopian.
Sopian berharap kepada instansi terkait,  terutama Dinas Pertanian, Dinas Pekerjaan Umum,  agar bisa meninggikan tanggul sungai yang melintasi wilayah mereka.  Selama ini tanggul memiliki ketinggian hampir sama dengan lahan sawah. 
Kepala Unit Pelaksana Tekhnis Dinas Pekerjaan Umum Kecamatan Ketapang, Budi Santoso mengakui kondisi sungai  saat ini sering meluap. Air hujan yang turun tidak mampu ditampung.
“Kami perlu koordinasi dengan masyarakat untuk pelebaran atau peninggian tanggul,  karena menggunakan tanah warga dan ini butuh proses agar banjir tak selalu terulang,” ungkap Budi.
Selain kondisi sungai, Santoso mengakui,  banjir yang menerjang membuat talang air dan bendungan yang dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum jebol. 
Langkah perbaikan dan pendalaman sungai serta peninggian tanggul sedang diusulkan, dengan  tetap memperhatikan kepentingan masyarakat petani.
Selain beberapa sawah yang diterjang banjir, beberapa warga Desa Berundung, Kecamatan Ketapang, khususnya pemilik kolam ikan pun terpaksa harus merelakan sebagian ikannya hanyut. 
Salah seorang pemilik kolam di Desa Berundung, Andang, mengungkapkan,  hujan beberapa hari ini membuatnya harus rajin memeriksa kolam yang telah diisi ikan nila dan ikan lele ribuan ekor.
“Kemarin sempat  tak terselamatkan. Ikan sudah terbawa arus air dan keluar dari kolam,  karena air kolam meluber . Untungnya kolam tidak jebol,” ujarnya. (Henk Widi)
Lihat juga...