MINGGU, 22 MEI 2016
Selain memiliki banyak destinasi wisata religi, Provinsi Aceh juga terkenal memiliki banyak wisata bersejarah, salah satunya adalah Rumah Cut Meutia. Rumah salah satu pahlawan perempuan hebat asal Aceh ini menjadi salah satu wisata sejarah menarik buat para pelancong.

Rumah pemiliki nama asli Tjoet Nyak Meutia itu terletak di Desa Masjid Pirak, Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara. Dari Ibu Kota Provinsi Aceh, Banda Aceh, anda membutuhkan waktu 5 sampai 6 jam untuk sampai ke rumah tersebut.
Bangunan ini merupakan replika dari rumah asli Cut Meutia yang dihancurkan oleh Serdadu Belanda saat Indonesia masih dijajah kala itu. Replika rumah adat Tjoet Nyak Meutia tersebut dibangun kembali pada tahun 1981.
Rumah panggung khas Aceh itu dijadikan sebagai museum sejarah dan menyimpan banyak benda-benda peninggalan Cut Meutia. Hal tersebut sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada perempuan Aceh yang gugur di medan perang melawan kolonial Belanda.
Saat konflik di Aceh berkecamuk, hampir tidak ada warga yang berani berkunjung ke rumah tersebut. Namun kini, ketika konflik sudah berakhir, rumah adat tersebut kembali ramai dikunjungi oleh warga, baik untuk menggali sejarah tentang Cut Meutia atau hanya untuk befoto saja.
“Sekarang, hampir setiap hari ada orang datang kesini. Terutama hari libur Sabtu dan Minggu, rame yang datang mulai dari anak-anak sekolah, anak muda sampai keluarga juga ada,” ujar Maryani, penjaga rumah Cut Meutia, kepada Cendana New, Minggu (22/5/2016).
Mariani yang sudah berusia 55 tahun, menjaga rumah tersebut bersama dengan seorang anaknya, Muslem, 33 tahun. selain menjaga, mereka juga kerap menjadi pemandu bagi pelancong yang datang baik warga lokal, maupun warga yang datang dari luar Aceh.
Mariani menceritakan, saat ini tidak banyak benda peninggalan Cut Meutia di rumah tersebut. pasalnya, ketika konflik terjadi, Pemerintah Aceh memindahkan hampir semua barang-barangnya ke Museum Aceh di Banda Aceh. “Takut hancur dan hilang, jadi dipindahkan kesana,” katanya.
Ia menambahkan, saat ini Pemerintah Aceh, melalui dinas pariwisata telah merencanakan akan membawa pulang kembali sejumlah benda milik Cut Meutia yang diambil dari rumah tersebut. Menurut Mariani, benda-benda tersebut lebih cocok ditempatkan di rumah adat itu.
Selain belajar sejarah dan berfoto ria, rumah tersebut juga kerap dikunjungi oleh pasangan kekasih yang ingin melakukan foto pre wedding. Calon pengantin biasanya memanfaatkan kentalnya suasana sejarah dan budaya Aceh sebagai subjek foto.
Rumah Adat Cut Meutia memiliki dua kamar yang diapit oleh dua seuramoe (serambi), depan dan belakang. Didalam rumah juga terdapat beberapa foto dan lukisan Cut Meutia, dan foto pemimpin pasukan perang Belanda.
Selain itu, di dalamnya pada bagian serambi belakang rumah, 4 buah rapa’i (alat musik tradisonal Aceh), beberapa bingkai mengenai Cut Meutia dan catatan sejarah perlawanan. Kemudian juga terdapat poster besar tentang silsilah keluarga sang pahlawan.
Di luar rumah Cut Meutia, terdapat sejumlah benda bersejarah lainnya, diantaranya dua buah tempat penyimpanan padi raksasa yang disebut Kroeng Pade, alat penumpuk padi tradisional yang dinamakan jeungki. Kemudian terdapat sebuah monumen dan dua balai untuk tempat beristirahat.
Agar dapat masuk kedalam rumah, anda hanya perlu merogoh kocek kantong anda sebesar Rp.5.000 saja. Dengan biaya yang terbilang cukup murah tersebut anda bisa bebas berfoto dan menikmati destinasi wisata sejarah menarik Pahlawan Nasional Cut Meutia. (Zulfikar Husein)