SELASA, 21 JUNI 2016
YOGYAKARTA — Masjid An-Nurumi di tepi Jalan Solo-Yogyakarta Kilometer 15, keberadaannya selalu mengundang tanya para pengendara. Arsitektur bangunannya penuh gaya dengan sembilan kubah tinggi yang berwarna-warni, sehingga tampak lebih meriah. Masjid An-Nurumi begitu sangat berbeda dengan masjid pada umumnya di Jawa, yang lebih menonjolkan nuansa sakral dengan kayu-kayu besar sebagai tiang sakanya. Namun, Masjid An-Nurumi itu sebenarnya juga dibangun dengan filosofi Jawa, Empat Kiblat Lima Pancer.
Masjid An-Nurumi menjadi tampak unik dengan sembilan menara kubah yang seolah saling berlomba meraih angkasa. Kubah yang pada umumnya ada di masjid Jawa terbuat dari logam putih keperakan dari bahan anti karat atau stainless steel, pada Masjid An-Nurumi dibuat dengan bahan beton dan dicat warna-wani. Tak pelak, kubah yang bentuknya bulat mengerucut dengan warna merah, kuning, hijau itu seperti permen.
Pengurus Takmir Masjid An-Nurumi, Budiono Djarot, ditemui Selasa (21/6/2016), mengatakan, Masjid An-Nurumi memang dibuat dengan gaya arsitektur bukan Jawa. Melainkan bergaya Kremlin yang ada di Negara Rusia. Karenanya, bangunan masjid itu mirip dengan bangunan Katedral Santo Basil. Dibangunnya masjid bergaya Kremlin itu, menurutnya, bermula dari nadzar seorang pengusaha ayam goreng asal Yogyakarta bernama Hj Umi Nursalim, ketika melihat sebuah bangunan serupa di Kota Moscow Negara Rusia.
Dikisahkan Budiono, Hj Umi ketika pulang dari umroh mampir ke Benua Eropa Timur dan melihat bangunan Katedral Santo Basil. Hj Umi kemudian bernadzar, jika diberi rejeki berlebih akan membangun masjid serupa dengan bangunan katedral itu. Lalu, beberapa tahun kemudian pada 2005, Hj Umi mulai merealisasikan keingiannya itu. Lalu, dua tahun kemudian masjid tersebut selesai dibangun dan diresmikan oleh Gubernur DI Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2007.
Kendati dibangun dengan arsitektur negara asing, jelas Budiono, Masjid An-Nurumi tetap memasukkan filosofi Islam di Jawa. Misalnya, jumlah menara kubah yang dibuat sebanyak sembilan buah itu melambangkan jumlah Wali penyebar Islam di Nusantara, yang dikenal dengan julukannya Wali Songo. Pada bangunan menara kubah paling tinggi dan besar, di bagian rongga tiangnya diberi kaligrafi asmaul husna. Sementara itu, luas bangunan masjid dibuat sama sisi dengan ukuran 10 x 10 meter persegi, karena mengambil filsofofi papat kiblat lima pancer, atau empat kiblat dengan satu pusat, sehingga bangunan itu dibangun sama sisi di setiap penjuru mata angin. Dengan lahan keseluruhan seluas 700 meter persegi dan berada di tepi jalan raya, membuat masjid tersebut tak pernah sepi. Banyak pengendara yang melintas sengaja mampir untuk melakukan solat fardhu dan beristirahat sejenak di masjid tersebut. (koko)