Program OVOP Buah Naga di Margajasa Tarik Investor Taiwan

SABTU, 18 JUNI 2016

LAMPUNG — Budidaya tanaman buah naga yang dikenal dengan nama Dragon Fruit, Clever Dragon (Vietnam), Pitahaya (Mexico) Feuy Long Kwa (China) dan sebutan lain sangat potensial di kembangkan di wilayah Kecamatan Sragi, Kabupaten Lampung Selatan khususnya di wilayah Desa Margajasa. Luasan lahan budidaya tanaman buah naga di wilayah tersebut bahkan mencapai puluhan hektar yang tersebar di beberapa desa dengan sentra buah naga diantaranya Desa Margajasa yang sebagian besar warganya memiliki tanaman buah naga di setiap pekarangan rumahnya.
Salah satu pemilik lahan perkebunan buah naga di Desa Margajasa diantaranya Kristianto dan sang isteri. Berbekal lahan seluas setengah hektar dirinya mulai membudidayakan buah naga sejak tahun 2009 dan berhasil mengembangkan tanaman tersebut menjadi buah primadona kecamatan Sragi yang merupakan bagian dari program pemerintah Kabupaten Lampung Selatan berupa one village one product (OVOP) atau program satu desa satu produk unggulan. Sebanyak 400 batang tanaman buah naga telah dikembangkan keluarga tersebut dengan rata rata produksi satu pohon mencapai 10 kilogram.
“Awalnya kami datangkan bibit dari Taiwan dan kondisi tanah di wilayah kami cukup mendukung untuk budidaya tanaman yang sangat digemari saat tahun baru Imlek ini dan akhirnya ada investor dari Taiwan yang juga menanamkan modal di sini untuk peningkatan budidaya buah naga,”ungkap nyonya Kristianto yang berkesempatan mengajak Cendana News melihat kebun buah naga seluas satu hektar miliknya di Desa Margajasa, Sabtu (18/6/2016).
Tanaman buah naga sebanyak 400 batang dengan ditopang tiang cor semen karena jenis tanaman ini merupakan tanaman merambat sehingga dibutuhkan tiang penyangga yang kokoh. Buah naga miliknya tersebut baru selesai berbuah pada bulan Februari dan akan mengalami puncak berbuah pada bulan November. Ciri khas utama buah ini terlihat pada buah yang memiliki sisik berwarna hijau dengan kulit dominan berwarna merah atau jingga dan putih pada beberapa varian.
Selain mendapat respon positif dari pemerintah daerah yang menjadikan wilayah Desa Margajasa sebagai pusat budidaya buah naga dan pemberian bantuan program satu desa satu produk unggulan maka dirinya mulai dikenal sebagai petani buah naga. Pesanan buah naga saat menjelang tahun baru China atau Imlek bahkan bahkan mencapai 3-4 ton ke berbagai wilayah di Lampung.
Harga buah naga di tingkat petani di wilayah tersebut menurut nyonya Kristianto mencapai harga Rp15ribu perkilogram untuk jenis buah naga putih dan Rp 20ribu perkilogram untuk buah naga merah, sementara untuk di pasar swalayan bisa mencapai harga Rp45ribu hingga Rp50ribu.
Manisnya bisnis budidaya buah naga tersebut bahkan memberi kepercayaan pada keluarga Kristianto untuk mengelola lahan kebun buah naga milik investor dari Taiwan dengan luas kebun 3 hektar. Luas lahan sebanyak 3 hektar ditanami ribuan bibit buah naga yang dirambatkan dalam tajar (penopang). Selain meningkatkan perekonomian bagi warga sekitar, investasi penanaman buah naga tersebut bahkan telah membawa wilayah Sragi dikenal sebagai sentra buah naga.
“Nilai investasinya tentunya sangat tinggi karena butuh ratusan juta untuk penyediaan bibit, pembuatan tiang penopang serta biaya perawatan namun hasilnya pun tidak mengecewakan terutama harga buah naga yang cukup menjanjikan,”ungkapnya.
Investasi dari Taiwan tersebut cukup beralasan karena Taiwan merupakan salah satu penghasil buah naga besar di dunia bahkan misi tekhnis pertanian Taiwan telah melakukan bantuan bibit tanaman buah naga ke berbagai wilayah di Indonesia diantaranya ke wilayah Kulonprogo Yogyakarta sebanyak 600 batang. Sementara khusus untuk wilayah Margajasa nyonya Kristanto mengaku investasi dilakukan oleh perseorangan karena kondisi tanah yang cocok untuk budidaya buah naga. Ia yang mengaku sang suami sedang mengurus kebun buah naga di kebun yang lain mengungkapkan tanaman buah naga pun tidak memerlukan perawatan yang rumit hingga saat berbuah.
Berdasarkan hasil kalkulasi awal jika dirata rata satu pohon menghasilkan 10 kilogram buah naga maka sebanyak 400 tiang maka ia bisa menghasilkan kurang lebih empat ton. Buah naga yang dijual dengan harga jual rata rata Rp15ribu maka dalam sekali panen bisa diperoleh sebanyak Rp60juta bahkan lebih terutama untuk penjualan jenis buah naga pilihan yang dikhususkan untuk supermarket.
Selain potensi dari budidaya buah naga, keunggulan budidaya buah naga diantaranya dengan pola tanam berjarak 2,5 meter antar penopang masih bisa dimanfaatkan untuk budidaya tanaman jagung serta sayuran jenis bayam, sawi, kangkung, cabe merah serta sayuran bernilai ekonomi tinggi lain untuk tambahan pendapatan.
Jenis tamanan jagung yang cocok dibudidayakan diantaranya merupakan jenis jagung manis yang dipanen untuk dibakar atau dijadikan campuran sayur. Peningkatan nilai ekonomi dengan sistem tumpang sari tersebut membuat warga di Desa Margajasa rata rata memiliki tanaman buah naga. Manisnya budidaya buah naga tersebut bahkan membuat warga membentuk kelompok pertanian buah naga untuk memudahkan pemasaran,saling berbagi ilmu budidaya buah naga serta membuat stabil harga buah naga saat panen di wilayah tersebut. Selain itu kelompok tani juga memperoleh kemudahan dalam proses mendapatkan bibit berkualitas yang diantaranya merupakan bantuan dari pemerintah daerah melalui dinas pertanian.
[Henk Widi]
Lihat juga...