Gang Gotong Royong di Ragunan, Terwujud dari Kebersamaan dan Keberagaman

JUMAT, 23 DESEMBER 2016

JAKARTA – Jejak Pemberdayaan Yayasan Damandiri — Dalam reportase sebelumnya tentang Sumargo dan Kampung Hijau Gang Gotong Royong, sempat disinggung jika Gang Gotong Royong memiliki sejarah menarik. Pasalnya, dibangunnya gang tersebut hingga diberi nama Gotong Royong, mempunyai kisah tersendiri yang hingga kini masih melekat di ingatan masyarakat asli Gang Gotong Royong, Kelurahan Ragunan, terutama di wilayah RT 015, RW 05 dan RT 014, RW05.
Kiri Atas: Rumah Ibu Mulyoto sekarang. Kanan Atas: Ibu Mulyoto (baju kuning) dihampiri rekannya dari Gereja. Kiri Bawah: Ibu Mulyoto (kiri) dan Sumargo Ketua RT 015 Gang Gotong Royong (kanan). Kanan Bawah: Jalan buntu yang curam dulunya adalah tebing tinggi dengan rumah Ibu Mulyoto di atasnya.
Sumargo, penggerak Kampung Hijau Posdaya Jingga yang juga sebagai Ketua RT 015, RW05, Gang Gotong Royong membawa Cendana News menemui seorang sesepuh kampung bernama Ibu Mulyoto Prapto Soehardjo. Ia adalah isteri mendiang Mulyoto, mantan perwira marinir yang sempat menjadi Ketua RT 014 selama kurang lebih 20 tahun (1987-2007) semasa hidupnya sejak mereka berdua tinggal di RT014 pada awal 1974.
Almarhum Mulyoto Prapto Soehardjo adalah perwira marinir TNI AL yang sangat dihormati warga sekitar. RT 014 di wilayah RW05 Kelurahan Ragunan adalah pecahan dari RT 08. Dari sinilah awal Mulyoto dan isterinya mengilhami warga untuk membangun sebuah jalan kecil. Dahulu, tidak ada nama Gang Gotong Royong, yang ada hanya jalan setapak yang berujung di tebing tinggi dan curam. Akhirnya, Mulyoto memiliki sebuah ide untuk membuat jalan permanen dengan mengambil 1 meter tanah wilayah RT 015 dan 1 meter tanah wilayah dari RT 014 untuk kemudian dibangun jalan kecil atau sebuah gang.
Warga dari semua RT yang terkait dikumpulkan dan mereka bermusyawarah. Lalu, disepakati bersama untuk membuka jalan permanen yang nantinya berguna bagi warga ke depannya. Wilayah diserahkan masing-masing Rukun Tetangga secara ikhlas demi kepentingan bersama saat itu hingga anak cucu di masa depan kelak. Pembangunnya pun dilakukan bersama-sama dengan gotong royong. Dari mengumpulkan biaya hingga pembuatannya dilakukan secara swadaya warga yang berkepentingan. Bahkan, mereka yang tidak berkepentingan juga turut membantu.
Setelah jalan permanen yang diinginkan rampung, dinamakanlah itu menjadi Gang Gotong Royong hingga sekarang. Namun, ternyata sejak Mulyoto menjadi Ketua RT 014 semasa aktif di militer, gotong-royong memang bukan sekedar nama saja. Ada beberapa peristiwa penting yang membuat warga Gang Gotong Royong dengan Ketua RT 014 semakin dihormati warga lain. 
“Kala itu, warga menginginkan sebuah tempat ibadah berupa Musholla. Melihat kegelisahan warga, Mulyoto langsung menggalang seluruh warga dari beberapa RT untuk ikut bergabung membangun sebuah Mushola. Keputusan itu diambil bertepatan dengan rencana pemutihan sertifikat tanah oleh pemerintah,” kenang Ibu Mulyoto Soehardjo, kepada Cendana News.
Ibu Mulyoto Prapto Soehardjo.
Karena kebijaksanaan pemerintah untuk pemutihan surat tanah memberatkan warga, akhirnya Mulyoto kembali menggiatkan warga mengumpulkan iuran sebesar Rp. 1.000 dari kaum bapak yang ada setiap harinya. Terkumpul dana sebesar Rp. 3.000.000. Semua uang digunakan untuk memutihkan sertifikat tanah seluruh warga sekaligus membuat sertifikat Mushola yang dinamakan Mulyoto dan warga dengan nama Mushola Barokah. Diambil nama itu karena Mushola tersebut berhasil dibangun dan bersertifikat resmi hanya karena berkah dari Tuhan Yang Maha Esa semata.
Karena sakit, Mulyoto mengundurkan diri sebagai Ketua RT014 pada 2007 untuk kemudian digantikan sekretarisnya, Wondo. Walau sudah ditinggalkan Mulyoto mengundurkan diri, apa yang ditanamkan serta dilakukan Mulyoto terus menginspirasi kegiatan warga yang sudah terbiasa bergotong-royong sejak dahulu. Sampai ketika Ketua RT 015, Sumargo, membawa program Kampung Hijau Posdaya Jingga, warga dengan antusias menyulap Gang Gotong Royong menjadi perkampungan Hijau, Bersih dan Sehat.
Saat ini, Ibu Mulyoto Prapto Soehardjo masih tinggal di rumahnya yang lama dan terus aktif dalam setiap kegiatan warga sebagai sesepuh yang terus mengingatkan betapa penting arti bergotong-royong bagi warga. Di samping itu, di usia indahnya sekarang, Ibu Mulyoto masih aktif dalam kegiatan Keagamaan di Gereja tempatnya beribadah. Ia tak sanggup menolak kala seorang rekan kegiatan Wanita Gereja datang menjemputnya di saat masih diwawancarai Cendana News.
“Begitulah sejarah singkat Gang Gotong Royong. Saya pamit ya, Mas. Ada kegiatan di Gereja. Semoga bisa bertemu lagi di lain waktu. Tuhan Memberkati,” Ibu Mulyoto, berpamitan.

Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : Koko Triarko / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...