Kurmunadi, Keroncong Anak Muda Kota Pahlawan

SENIN 19 DESEMBER 2016

SURABAYA— Sejak 2011, sekelompok mahasiswa dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (FBS Unesa)  Jurusan Seni Drama Tari Musik (Sendratasik) berinisiatif mendirikan Orkes Keroncong yang berkomposisi para anak muda. Baru pada awal 2012, dengan dinahkodai  Sigit Aji Syafi’I Orkes Keroncong yang diberi nama ‘Kurmunadi’ itu berhasil dibentuk.

Aksi panggung Kurmunadi.

Saat ditemui di basecame Orkes Keroncong Kurmunadi (OK Kurmunadi) yang beralamat di Jalan Lidah Wetan gang 1 Nomor 28, Lelaki yang akrab disapa Sigit itu berkisah, awalnya OK Kurmunadi dibentuk dari 9 orang mahasiswa FBS Unesa Jurusan Sendratasik saat mereka mendapatkan mata kuliah keroncong di semester lima. Kemudian output dari mendapatkan mata kuliah itu, Sigit mempunyai ide untuk membentuk satu grup musik beraliran keroncong dengan digawangi oleh kaum muda yakni kawan-kawan mahasiswa satu jurusannya.

Hal ini dilakukan Sigit untuk menghilangkan citra musik keroncong yang selalu diidentikkan dengan kaum orang tua. “Pertama, saya memilih musik keroncong karena memang dari keluarga saya adalah para pecinta musik dan pemain keroncong juga dan itu yang membuat saya awalnya suka pada musik keroncong. Kedua, kalau berbicara mengenai dunia entertainment untuk keroncong itu masih jarang, apalagi anak-anak muda. Kalau band kan sudah banyak,” terang Sigit.
Sigit mengakui awalnya memang musik keroncong masih dianggap musik yang ketinggalan zaman. Kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa musik keroncong itu hanya laku dan cocok untuk para orang tua saja.
Dari latarbelakang itulah, Sigit ingin membentuk satu grup musik keroncong dan mencoba merubah mindset masyarakat bahwa keroncong dapat dimainkan dan dinikmati oleh semua kalangan termasuk anak muda dan bukan hanya orang tua saja.
Cara yang dilakukan Sigit yakni dengan membawakan aliran musik keroncong dan memakai lagu-lagu yang paling digemari oleh para anak muda. Cara yang ditempuh lelaki umur 25 tahun itu pun tergolong manjur. Buktinya,  banyak anak-anak muda baik mahasiswa maupun yang bukan mahasiswa makin menggemari musik-musik beraliran keroncong.
“Alhamdulillah berkat teman-teman di Kurmunadi sekarang banyak bermunculan grup-grup keroncong muda lainnya. Contohnya, adik-adik di bawah angkatan saya saja sekarang sudah mulai terbentuk paling tidak lima grup musik keroncong muda,” ujar Sigit.
Semasa kuliah, Sigit mengaku sering berganti-ganti pemain  di dalam OK Kurmunadi saat melakukan pementasan satu ke pementasan yang lain. Alasannya karena memang masih terbentur dengan agenda masing-masing. Sekarang, setelah lulus dari dunia perkuliahan, grup OK Kurmunadi sudah menetapkan para personilnya. Tetapi, OK Kurmunadi yang awal dibentuk hanya berjumlah 9 personil, kini menjadi  10 personil.
“Ketambahan satu orang itu megang keyboard. Dulu pas awal-awal memang kita tidak ada pemain keyboardnya. Sementara untuk yang ganti-ganti pemain pas perform, sekarang itu sifatnya hanya saat darurat saja. Contohnya, apabila salah satu personil Kurmunadi punya satu kegiatan penting yang tidak bisa diwakili oleh orang lain maka kita carikan penggantinya untuk mengisi kekosongan di Kurmunadi,” terang Sigit.
Ditanya terkait pengambilan nama Kurmunadi, Sigit menjelaskan bahwa nama itu merupakan akronim atau kependekan dari kalimat Bahasa Jawa yakni ‘Syukur Muni Nanging Dadi’. Artinya, Sigit menerangkan, dulu waktu awal-awal membentuk grup OK Kurmunadi ini kalau hendak memainkan sebuah lagu tidak diperlukan satu konsepan khusus. “Pokok kita main ya main, tapi kok malah jadi. Maka dari itu muncullah gagasan nama ‘Kurmunadi’,” tandasnya.
Para personil OK Kurmunadi yakni terdiri dari Deo pemegang: Bass, Akhsin: Cello, Danu: Cuk, Sigit: Cak, Adit: Gitar, Aris: Keyboard, Dani: Flute, Alwi: Biola. Sedangkan dua yang lainnya yakni Icha dan Diana sebagai vokalis OK Kurmunadi.
Grup OK Kurmunadi menurut Sigit, membawa visi mulia yakni mengangkat budaya-budaya dan warisan lokal dari para nenek moyang terdahulu. Sigit selaku nahkoda OK Kurmunadi tidak mau apabila musik keroncong tergilas perkembangan zaman. Maka dari itu Sigit dan para personil OK Kurmunadi bertekat menjaga dan melestarikan musik keroncong agar tidak hilang termakan zaman.
Sejak awal dibentuk hingga sekarang, Grup OK Kurmunadi telah manggung di berbagai kota di Jawa Timur dan di berbagai event, seperti di Surabaya, Madiun, Magetan, Lumajang, Banyuwangi, dan pernah hingga ke Jepara.
“Kebanyakan itu event wedding dan gathering,” ujar Sigit yang kini juga sebagai guru Privat musik ini. Sedangkan untuk di Kota Surabaya, OK Kurmunadi sering diundang untuk mengisi acara di kafe,hotel, dan kampus-kampus yang ada di Kota Surabaya.
Musik keroncong menurut pandangan Sigit memiliki keunikan pada Instrumennya. Hal ini yang membedakan musik keroncong dengan jenis musik-musik yang lain. Akan tetapi selain lagu-lagu keroncong asli seperti ‘Bengawan Solo’ dan “Keroncong Kemayoran’, lagu-lagu barat, pop, jazz, dangdut, dan  jenis lagu lainnya juga dapat diterapkan atau diiringi menggunakan instrument-instrumen keroncong.
Terkait arrangement lagu, Sigit mengatakan, setiap personil OK Kurmunadi diwajibkan mampu mengarrangement lagu. “Jadi kita modelnya tidak dibebankan pada satu orang khusus gitu. Kasihan juga nanti. Masing-masing dari kita itu harus bisa mengarrangement lagu,” terangnya. Kecuali, imbuh Sigit, apabila ada lagu-lagu yang memang tingkat kerumitannya tinggi, maka kita serahkan yang paling jago yaitu pada Adit pemegang Gitar dan Aris pemegang keyboard. 
Perjalanan kisah OK Kurmunadi memang tidak selama mulus. Sigit mengaku ada kendala-kendala selama perjalanan karir OK Kurmunadi. Kendala terbesar menurut Sigit yakni masalah waktu dan jarak. Karena sekarang masing-masing personil OK Kurmunadi selain sibuk manggung juga punya kesibukan lainnya seperti mengajar musik, ada yang lanjut kuliah, dan lain-lain.  Selain itu, tinggalnya pun tidak semuanya di Surabaya, hanya beberapa personil yang masih tinggal di Surabaya.
“Jadi kalau untuk ngumpul-ngumpul sekarang agak susah. Paling kalau pun bisa, itu akhir pekan,” kata Sigit.
Dulu waktu semua personil OK Kurmunadi masih di Surabaya, lanjut Sigit, masih terbilang sangat sering ada agenda kumpul-kumpul bersama. Entah latihan ataupun hanya sekadar ngobrol bersama. Sekarang, pas tidak semuanya tinggal di Surabaya, bisa kumpul bersama itu pun jarang apalagi untuk latihan bareng.
“Jadi untuk menyiasati itu biasanya kita latihan modelnya dadakan sesaat sebelum acara dimulai. Kalau acaranya sore, kita paginya latihan dulu. Latihannya pun juga di lokasi acara,” bebernya. “Kalau dulu kan enak bisa latihan jauh-jauh hari pas personil Kurmunadi masih tinggal di Surabaya semua. “
Dengan hanya mengandalkan latihan dadakan, Sigit mengaku, OK Kurmunadi pernah miss saat tampil di acara wedding di Surabaya.
“Memang benar kalau proses itu akan mempengaruhi hasil. Kita pernah tampil di acara wedding dan vokalisnya lupa pada urutan lagunya. Sehingga kita pengiringnya pun keteteran,” kenang Sigit saat itu OK
Kurmunadi sedang membawakan lagu-lagu Barat. Sebagai pemimpin OK Kurmunadi, Sigit berupaya selalu menjaga chemistry atau hubungan antar personil OK Kurmunadi. Walaupun jarang bisa berkumpul bersama setiap saat, Sigit selalu mengajak setiap personil OK Kurmunadi seusai perform di sebuah event untuk sejenak bercengkrama bersama.
“Untungnya untuk masalah chemistry terkait musikalitas, memang sudah terbangun sejak masih kuliah pada waktu awal-awal terbentuknya Kurmunadi,” tutur Sigit.  Sekali tampil dalam sebuah acara, OK Kurmunadi menyiapkan 10-20 lagu dengan durasi antara 1 hingga 2 jam penampilan.
“Sebenarnya ada keinginan dari  saya selaku ketua Kurmunadi ini, bisa menjadi pengisi acara-acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Surabaya, seperti contoh penyambutan tamu-tamu kehormatan. Setahu saya itu biasanya untuk penyambutan tamu kehormatan seringnya disambut dengan kesenian Reog Ponorogo. Sebenarnya sudah bagus Pemkot mengundang kesenian reog Ponorogo, tetapi tidak ada buruknya jika keroncong juga menjadi prioritas budaya daerah yang juga bisa dipamerkan saat penyambutan tamu-tamu kehormatan,” harap Sigit.
Selama perjalan karirnya, OK Kurmunadi telah berhasil mengeluarkan 2 album andalannya. Album pertama tentang Keroncong Religi, dan Album kedua tentang campursari. Masing-masing album terdiri dari 10 lagu hasil cover lagu-lagu penyanyi aslinya.
Saat ini  OK Kurmunadi selain disibukkan dengan jadwal manggung yang lumayan padat, Sigit dan kawan-kawan juga sibuk mempersiapkan album ke tiga OK Kurmunadi. Rencananya pada  2017 yang akan datang, OK Kurmunadi menelurkan album teranyarnya lagi berisi lagu-lagu ciptaan masing-masing personil Kurmunadi. Nantinya, di album ketiganya ini, juga akan terdiri dari 10 lagu, sama seperti 2 album sebelumnya.
Bedanya, lagu-lagu di album ke tiga ini merupakan karya asli masing-masing personil Kurmunadi. Setiap personil OK Kurmunadi akan mendapatkan tugas membuat satu buah lirik lagu yang menggambarkan tentang Kota Surabaya. Kemudian untuk masalah arrangement dan lain-lain menjadi tanggungjawab bersama.
“Sekarang sudah proses penggarapan. Doakanlah semoga pertengahan tahun 2017 bisa launching album ketiga,” pungkasnya sembari tersenyum.

Lihat juga...