Posdaya Jingga, Bank Sampah, Komposing dan Jeruk Nipis

JUMAT, 16 DESEMBER 2016

JAKARTA — Sejak awal terbentuknya komunitas sosial pimpinan Hj. Suwartini Djuwarno yang didukung rekan-rekannya, kegiatan Komposing atau memberdayakan pembuatan pupuk kompos secara mandiri sudah dilakukan. Seiring bertambahnya kesibukan mengurus komunitas yang sudah meningkat menjadi sebuah yayasan sosial bernama Kesuma Jaya Mandiri, kegiatan komposing terhenti.
Tanaman Jeruk Nipis dan Sirup Jeruk Nipis, Berawal dari Kendala Menggagas Bank Sampah dan Komposing
Terhentinya komposing terus berlanjut sampai tahun 2012 saat Yayasan Kesuma Jaya Mandiri bergabung dengan Yayasan Damandiri dalam program Posdaya atau Pos Pemberdayaan Keluarga. Yayasan Damandiri melalui Haryono Suyono Center terus memberikan formula-formula bagaimana untuk memulai kembali program komposing. Namun hingga 2014 kala Program Tabur Puja (Tabungan Kredit Pundi Sejahtera) diluncurkan Yayasan Damandiri di Jakarta melalui Koperasi Sudara Indra, komposing masih belum bisa berjalan dengan baik di Yayasan Kesuma Jaya Mandiri atau dikenal luas sekarang sebagai Posdaya Jingga.
Akhirnya, pada 2015 akhir, pengurus Posdaya Jingga memutuskan untuk memulai kembali kegiatan komposing. Jika melihat ke belakang, penyebab terhentinya komposing adalah karena Posdaya kehilangan lahan yang dulunya digunakan sebagai tempat komposing sekaligus bercocok tanam. Pemilik lahan sudah menjual lahan tersebut dan dibangun menjadi rumah tinggal oleh pemilik baru. Inilah yang menjadi kendala utama bagi Posdaya Jingga untuk menggiatkan kembali komposing, yang otomatis aktifnya kegiatan komposing adalah pemicu kembali berjalannya program bercocok tanam sekaligus budi daya tanaman komoditas perkebunan.
” Kami sadar akan kendala ini, dan melihat ini sebagai tantangan ke depan bagi Posdaya Jingga. Budi daya adalah salah satu syarat utama yang harus dimiliki atau dikembangkan Posdaya. Sehingga sejak akhir 2015 kami memutuskan untuk membentuk atau merintis kembali kegiatan komposing sekaligus budi daya tanaman komodutas perkebunan di lahan kota yang dulu pernah kami lakukan jauh hari sebelum bergabung dengan Yayasan Damandiri,” demikian Suwartini, Ketua Posdaya Jingga menerangkan kepada Cendana News.
Upaya yang dilakukan Posdaya Jingga saat ini adalah mencari lahan sesuai keinginan mereka untuk mengembangkan kembali kegiatan komposing di Gang Abah, Cilandak KKO, RT05/RW05, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Posdaya Jingga sedang mencari lahan yang bisa disewa atau jika memadai dengan dana yang ada, lahan tersebut akan dibeli khusus untuk komposing dan budi daya. Pilihan terakhir adalah meminjam lahan warga yang tidak digunakan walau memiliki resiko suatu saat jika lahan dijual pemiliknya kegiatan akan terhenti.
Polemik terkait lahan untuk kegiatan komposing Posdaya Jingga dengan seluruh anggotanya terus bergulir sekaligus menjadi pekerjaan rumah pengurus hingga saat ini. Akan tetapi, saat polemik ketersediaan lahan untuk komposing masih mengemuka, ada angin segar dengan titik terang dirintisnya kegiatan Bank Sampah oleh beberapa anggota Posdaya di wilayah kerja Posdaya Jingga. Adalah anggota Posdaya Jingga dari RT08 dan RT015 dari lingkungan RW05 Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu yang sudah mulai merintis kegiatan Bank Sampah.
Mekanisme pengelolaan Bank Sampah diatur oleh Posdaya Jingga dengan bantuan pengurus RT dan RW terkait. 
” Intinya adalah menggerakkan masyarakat untuk menyediakan tempat terlebih dahulu, setelah itu kami memanggil para pengepul untuk rutin mendatangi warga membeli sampah-sampah yang telah dikumpulkan tersebut. Ini baru saja dimulai dan kembali lahan menjadi kendala bagi kami dan warga untuk mengumpulkan sampah,” kata Suwartini lagi.
Baru beberapa minggu ini Bank Sampah mulai digagas, dan kendala ketersediaan lahan untuk mengumpulkan beragam sampah warga yang sudah dipilah-pilah tersebut berusaha diminimalisir dengan memberdayakan lahan-lahan pekarangan rumah warga untuk sementara. Rencana ke depan dari Bank Sampah ini adalah dapat terintegrasi dengan upaya menggiatkan komposing atau industri kecil pembuatan pupuk kompos yang nantinya diperuntukkan bagi kegiatan bercocok tanam.
” Jadi selain untuk Bank Sampah, sebagian sampah yang dikumpulkan masyarakat bisa dugunakan sebagai bahan baku awal komposing. Contohnya sampah daun-daun pohon bisa kami campurkan dengan tanah untuk kemudian diendapkan menjadi pupuk yang berguna untuk menyuburkan beragam tanaman perkebunan,” tambah Suwartini.
Sejauh ini, upaya menggagas Bank Sampah maupun menggiatkan kembali komposing belum menunjukkan hasil memuaskan, akan tetapi usaha serta tekad dari pengurus Posdaya Jingga beserta anggota-anggotanya tetap ada. Buktinya adalah, karena keterbatasan lahan dalam mengumpulkan sampah, akhirnya salah satu anggota Posdaya dari Karang Taruna binaan menggunakan sebagian sampah untuk diolah menjadi pupuk kompos lalu digunakan mengembangkan tanaman jeruk nipis.
Dan kegiatan ‘darurat’ itu akhirnya bisa menghasilkan tanaman jeruk nipis untuk dibuat menjadi industri rumahan berbentuk sirup dan sari jeruk nipis. Namun karena hasil jeruk nipis dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah masih jauh dari jumlah yang cukup, diambillah keputusan untuk tetap memproduksi sirup maupun sari jeruk nipis dengan membeli bahan bakunya.
” Ceritanya begini, sambil usaha mengembangkan Bank Sampah maupun komposing tersebut, secara tidak sengaja kami menghasilkan sirup dan sari jeruk nipis sebagai industri rumahan. Kami melihat peluang disini. Maksud dari peluang itu adalah, jika industri jeruk nipis berkembang, bisa jadi hasil dari jeruk nipis dapat digunakan membeli atau menyewa lahan untuk Bank Sampah maupun infrastruktur komposing. Sehingga saat Bank Sampah maupun komposing bisa berjalan, bahan baku jeruk nipis bisa kami budi dayakan secara mandiri ke depannya,” pungkas Suwartini.
Pengurus Posdaya Jingga (kanan ke kiri) Hj. Suwartini Djuwarno dan Murniasih Martono
Ada usaha, tekad dan kreatifitas dari Posdaya bersama anggotanya dalam menghadapi kendala atau tantangan Bank Sampah maupun Program komposing ini. Dan industri sirup maupun sari jeruk nipis secara tidak sengaja menjadi titik terang walau belum terlihat hasilnya secara maksimal. Namun ini bukan sebuah indikator tidak berjalannya sebuah program, akan tetapi ini adalah bagian dari proses dari bagaimana membuat sebuah program bisa berjalan ke depannya.
Pengurus Posdaya Jingga sudah berkoordinasi dengan Koperasi Sudara Indra selaku pembina Tabur Puja Yayasan Damandiri berikut pengurus RT maupun RW setempat mengenai bagaimana pekerjaan rumah mensukseskan gagasan Bank Sampah maupun menggiatkan kembali komposing. Tinggal menunggu bagaimana solusi Yayasan Damandiri untuk membantu Posdaya Jingga mewujudkan Pekerjaan rumah mereka.

Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...