Posdaya Jingga, Program Konseling Remaja dan Paket Wajib Belajar

JUMAT, 16 DESEMBER 2016

JAKARTA — Sebelum bergabung dengan Yayasan Damandiri untuk menjadi Posdaya binaan, Yayasan Kesuma Jaya Mandiri yang diketuai Hj. Suwartini Djuwarno atau sekarang dikenal luas dengan sebutan (Posdaya Jingga – setelah bergabung dengan Damandiri) sudah menjadi Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) binaan Dinas Sosial Kodya Jakarta Selatan, Sekretariat Forum Komunikasi Kelompok Kerja Kesejahteraan Sosial Usaha Masyarakat (FK Pokja Kesuma) binaan Kodya Jakarta Selatan dan pelaksana Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) berbadan hukum resmi.
Proses pemberian Bea siswa dan Belajar Kejar Paket A sampai C
Ketika bergabung bersama Yayasan Damandiri pada 2012 serta masuk dalam program Tabur Puja Damandiri pada 2014, bagi Hj. Suwartini terasa bagai mendapatkan pencerahan. Aplikasi yang selama ini ia jalankan merupakan sebuah konsep besar yang sudah diusung Yayasan Damandiri sejak lama atau sejak Presiden kedua RI, H.M. Soeharto memprakarsai berdirinya yayasan tersebut pada 1996.
Setelah menjadi Posdaya binaan Yayasan Damandiri dengan nama Posdaya Jingga, kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Hj. Suwartini dan rekan-rekannya semakin terwadahi serta terarah dengan baik. Bekerja sama dengan BKKBN, mereka membentuk BKR (Bina Keluarga Remaja) Jingga yang menitikberatkan pada aspek edukasi reproduksi sehat bagi remaja. Dari BKR bersinergi dengan Karang Taruna binaan Posdaya Jingga, lahir sebuah lembaga dengan program kesejahteraan lainnya bernama Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga atau disingkat LK3. Dimana LK3 adalah wadah penanganan masalah remaja setelah mendapatkan edukasi dengan mengikuti BKR.
Merasa tidak puas dengan hasil yang didapatkan, Posdaya Jingga kembali memikirkan langkah apa yang harus diambil demi meningkatkan penanganan terhadap permasalahan remaja yang semakin kompleks dewasa ini. Lahir kembali sebuah program yang diyakini menyempurnakan BKR dan LK3 yakni Pusat Informasi dan Konseling – Remaja (PIK-R) yang diberi nama PIK-R Jingga. Di dalam PIK-R Jingga inilah para remaja dan pemuda mendapatkan pembinaan, edukasi sekaligus konseling secara langsung dalam tahapan-tahapan penanganan terintegrasi antara Pendidikan dan Kesehatan.
“Terobosan dari PIK-R yang kami kembangkan adalah menggunakan Konselor Sebaya untuk menangani para remaja tersebut. Dengan kata lain, para remaja yang bermasalah itu akan ditangani konselingnya oleh remaja maupun pemuda seusianya,” papar Suwartini kepada Cendana News.
Bersinergi dengan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 2015, KLA (Kota Layak Anak), akhirnya Posdaya Jingga melalui PIK-R Jingga mencanangkan gerakan wajib belajar sejak pukul 7 hingga 9 malam di wilayah RT05/RW05, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Gerakan ini sempat mendapatkan perhatian Wali Kota Jakarta Selatan saat itu yang beberapa kali meninjau kegiatan sampai malam hari di wilayah kerja Posdaya Jingga yaitu Gang Abah, Cilandak KKO, RT05/RW05, Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu.
Tidak cukup sampai disitu saja, gerakan melanjutkan GNOTA (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) peninggalan pemerintah orde baru yang dilakukan Posdaya Jingga terus berjalan hingga menyentuh Program Wajib Belajar Kejar Paket A,B dan C. Kejar Paket A setara Sekolah Dasar, Kejar Paket B setara Sekolah Menengah Pertama dan Kejar Paket C setara Sekolah Menengah Atas.
Pendampingan remaja menemui Psikolog yang datang ke Posdaya Jingga dalam Program PIK-R Jingga
Gerakan wajib belajar dengan menggalakkan kembali Kejar Paket A sampai C tersebut berangkat dari kenyataan bahwa 40 persen remaja yang ada di sekitar wilayah kerja Posdaya Jingga adalah masuk dalam kategori remaja putus sekolah. AKhirnya diambil keputusan menggalakkan kembali kegiatan belajar kejar paket A sampai C dengan tenaga pengajar memberdayakan remaja maupun pemuda Karang Taruna setempat binaan Posdaya Jingga. Dari siswa yang hanya 8 orang sampai sekarang berkembang menjadi 46 siswa dengan 30 orang adalah remaja putus sekolah.
” Untuk program ini, PIK-R Jingga pernah menjalin kerjasama dengan Sekolah Pariwisata Patria Wisata dalam bentuk Bea siswa. Kami mengirimkan 30 anak untuk belajar kesana selama 6 bulan dengan biaya ditanggung penuh oleh pihak Patria Wisata. Dan saat ini, sekitar 4-10 anak jebolan dari program pendidikan wisata selama 6 bulan itu telah bekerja seusai bidang pilihannya masing-masing, bahkan ada yang sudah berkeluarga,” kenang Suwartini.
PIK-R Jingga selain berusaha mengentaskan kemiskinan pendidikan bagi masyarakat, turut pula menangani beragam kasus remaja, salah satunya adalah kasus remaja yang dikenal luas dengan broken home. Anak-anak yang dtaang belajar di Posdaya Jingga melalui program PIK-R Jingga selain datang dari wilayah sekitar Cilandak KKO, juga datang dari luar seperti Ciputat dan sekitarnya. Dan sampai saat ini generasi terbaru binaan PIK-R Jingga ada sekitar kurang lebih 30 orang yang semuanya ikut wajib belajar kejar paket A sampai C.
” Untuk konselor dalam PIK-R Jingga, kami juga tidak sembarangan. Kami mendatangkan guru-guru maupun psikolog untuk membina mereka dalam tiga kali pertemuan sebelum melepas mereka menjadi konselor sebaya bagi anak remaja seusianya yang dirundung masalah remaja yang kompleks dewasa ini. Mental dan pengetahuan mereka kami persiapkan sebaik-baiknya,” tambah Suwartini lagi.
Konsep pembentukan Posdaya oleh Yayasan Damandiri kembali memberikan bukti bahwa Posdaya merupakan sebuah konsep pemberdayaan masyarakat lintas aspek kala Program Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) yang adalah program terbaru pemerintah tidak berjalan dengan semestinya. Melihat ini, Posdaya Jingga kembali mengintegrasikan cara pandang Posdaya untuk menjalankan Program Posbindu yang adalah program pembinaan masyarakat dari usia 15 tahun ke atas.
” Posdaya Jingga dengan konsep yang mengkoordinasikan semua aspek pembangunan manusia kembali berhasil membuat program ini berjalan dengan baik walaupun masih sebatas di wilayah kerja Posdaya Jingga saja. Bahkan sampai saat ini, sudah 10 sekolah di sekitar wilayah kami ikut bekerja sama baik untuk memberikan tenaga guru maupun mengirimkan siswa tertinggal untuk mendapatkan pendidikan maupun konseling melalui program PIK-R Jingga milik kami,” lanjut Suwartini.
Pengurus Posdaya Jingga dan Spanduk Program PIK-R dan Program Belajar Kejar Paket A sampai C
Intinya adalah, melalui Posdaya, masyarakat diedukasi dan dimanusiakan dalam konsep yang terukur hasilnya. Setelah keluar dari pembinaan Posdaya Jingga, masyarakat sudah mendapat pencerahan bahwa hidup ini adalah sebuah pertarungan yang harus dimenangkan dengan persaingan sehat dalam tatanan bermasyarakat yang sehat pula. Posdaya seakan menyatukan semua program pemerintah yang ada dan tidak berjalan dengan semestinya menjadi sebuah program yang bisa berjalan bahkan menyentuh setiap aspek kehidupan masyarakat.
“Hasilnya memang tidak terlihat secara besar, akan tetapi efek dari gerakan Posdaya itulah yang perlahan membentuk hasilnya suatu saat kelak. Sehingga suatu saat orang akan berkata bahwa program ternyata bisa juga berjalan, dan jika ditarik benang merahnya, ada Posdaya di dalam program tersebut sebagai konseptor sekaligus eksekutor disaat semua program tersebut kehilangan arah,” pungkas Suwartini.

Jurnalis : Miechell Koagouw / Editor : ME. Bijo Dirajo / Foto : Miechell Koagouw

Lihat juga...