SENIN, 19 DESEMBER 2016
JAKARTA — Tenaga pengajar untuk Program Pendidikan Kejar Paket A, B, dan C di Posdaya Jingga berjumlah sembilan orang dari beragam mata pelajaran yang ada. Semua menggunakan cara mengajar berupa pemadatan materi untuk kemudian dikembangkan menjadi pemberian soal-soal latihan maupun Pekerjaan Rumah (PR). Atau dengan kata lain, metode yang dikembangkan adalah metode yang pernah digalakkan pemerintahan Presiden H.M. Soeharto di era Orde baru, yakni Metode Cara Belajar Siswa Aktif atau CBSA.
Menik Handayani (kiri) dan Sutrini (kanan), pengajar di Posdaya Jingga. |
Menik Handayani, tenaga pendidik di Posdaya Jingga yang sudah kurang lebih satu tahun bergabung adalah lulusan S1 Teknik Manajemen Industri Universitas Pasundan Bandung, Jawa Barat. Sejak awal bergabung ia menemukan kendala bagi anak didik adalah bagaimana menyerap setiap materi yang diberikan. Hal ini akhirnya coba dicarikan solusi dengan menggunakan metode yang lebih mengaktifkan anak didik agar tidak sebatas menjadi pendengar yang baik saja. Itulah awal digunakannya metode CBSA itu.
“Iya, metode CBSA itu sudah lama juga, kalau tidak salah sudah dikembangkan sejak era Presiden Soeharto. Sekarang istilahnya saja yang diubah-ubah, tapi menurut saya metodenya tetap sama yaitu CBSA,” kata Menik.
Di Posdaya Jingga ini, Menik memegang mata pelajaran Ekonomi. Ia selalu memberikan materi berupa kisi-kisi atau garis besar untuk kemudian dijadikan soal-soal latihan bagi anak-anak didiknya. Latihan soal itulah yang kemudian dibahas bersama untuk mendapatkan kemurnian jawabannya. Dengan cara itu, perlahan mulai ada perubahan, yaitu anak-anak didiknya mulai kelihatan nyaman sehingga bisa menyerap setiap materi pelajaran yang diberikan dengan baik.