Dalam sehari paparnya,dirinya menghitung sendiri minimal 50 turis asing selalu berdiri menatap areal persawahan yang unik ini. Ambros pun ke dinas Pariwisata kabupaten Ende dan meminta agar pihaknya dibantu dana untuk membangun rest area dan fasilitas lainnya di sepanjang jalan Jalasumbu.Namun hingga kini Ambros mengakui, usulannya belum direspon.
“Saat ikut lomba foto tempat wisata antar desa di provinsi NTT, foto sawah bertingkat kami meraih juara tiga,” terangnya bersemangat.
Ambros mengaku sedang merintis pembukaan jalan tani hingga ke bukit di atas desa Detusoko Barat dekat air panas sehingga wisatawan bisa melihat pemandangan semua sawah yang ada di Detusoko Barat dari ketinggian bukit. Untuk mengantisipasi ahli fungsi sawah, dirinya mengaku sudah memberitahukan kepada masyarakat agar jangan membangun rumah di areal persawahan.
Lelaki yang lama bekerja di perusahaan penerbangan ini mengaku ingin agar salah satu destinasi wisata yang berpotensi ini bisa digarap. Sebagai salah satu desa penyangga pariwisata danau Kelimutu pihaknya menganggap potensi wisata yang unik ini bisa dijual kepada wisatawan.
“Kalau bisa digandeng dan dijadikan obyek wisata, para petani bisa mendapatkan penghasilan tambahan dan mereka tidak mungkin ahli fungsi lahan sawah,” terangnya.
Ditambahkannya, rencana pengembangan pariwisata berbasis pertanian khususnya keunikan sawah bertingkat sudah dimasukan di rencana pembangunan desa tahun 2017 dan bisa terealisasi. Terbatasnya dana lanjutnya, membuat rencana tersebut harus dikerjakan secara bertahap.
Martinus Paru petani desa Detusoko Barat yang ditemui Cendana News di hari yang sama mengakui, sawah dibuat bertingkat sebab air mengalirnya dari atas bukit. Selain di desa Detusoko Barat, sawah bertingkat juga ada di desa Wologai dan Wolotolo tapi di kedua desa ini luasnya terbatas.