SOLO — Memanfaatkan lahan tidur yang ada di sekitar rumah, Sri Lestari, sosok perempuan ini ingin menggugah kaum hawa untuk peduli terhadap lingkungan. Ia bersama sejumlah rekannya, tengah berusaha memaksimalkan apa yang selama ini belum teroptimalkan. Yakni, meluncurkan Gerakan Wanita Tani (GWT) sebagai wadah oganisasi yang fokus terhadap pertanian.
Sri Lestari di sela aktivitasnya sebagai penyuluh agama. |
Sebagai seorang perempuan, ibu empat anak itu tak melupakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga. Kendati demikian, ia ingin menggugah potensi yang dimiliki perempuan, yakni turut serta membantu tulang punggung keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. “Ini kita bentuk karena anak muda, terutama perempuan seringkali lupa dengan lingkungan sekitar. Berawal dari itu, kita bentuk Gerakan Wanita Tani,” papar Sri Lestari kepada Cendana News, Jumat (27/1/2017).
Melalui organisasi yang baru diluncurkan pada 22 Januari 2017 lalu, Gerakan Wanita Tani ingin mengajak sekaligus menggugah potensi yang dimiliki perempuan, disamping tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Sebab, jika mau, di sekitar lingkungan masyarakat masih banyak lahan tidur yang telah lama tidak termanfaatkan dengan baik. “Dari situ kita coba buat kebun jambu air atau jambu kristal. Yakni dengan menanaminya,” lanjut perempuan yang bekerja sebagai Penyuluh Agama Islam di Kecamatan Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Gerakan Wanita Tani sendiri muncul dari kalangan ibu-ibu Nahdlatul Ulama (NU) yang tergabung dalam Fatayat NU Karanganyar. Selain untuk kaum perempuan, gerakan ini juga untuk menggugah para pemudi NU untuk memanfaatkan lahan tidur di sekitar mereka. Gagasan ini muncul karena melihat situasi generasi perempuan muda saat ini lebih asyik dengan gadget dibandingkan dengan lingkungan.