Bedah Naskah Pakualaman, Strategi Pembacaan Alternatif

SABTU, 1 APRIL 2017

DEPOK —  Menziarahi masa lalu untuk masa kini melalui naskah Pakualaman II, Badan Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara  (Manassa), serta Bhakti Muda Hudyana (BMH ) Jakarta, menggelar acara bedah buku Naskah-naskah Skriptorium Pakualaman Periode Paku Alam II (1830-1858 ) karya penulis Sri Ratna Saktimulya.

Para pembicara yang tampil, di antaranya Peter Carey (kedua dari kanan), Mu’jizah (ketiga dari kanan).

Menghadirkan para pembahas buku, yakni Prof. Dr. Peter Carey, sejarawan FIB UI, Dr. Mu’jizah, kodikolog/filolog Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, dan Tommy Christomy, Ph.D, pakar semiotika FIB UI dengan moderator Dr. Munawar Holil.

Acara bedah buku ini selain dihadiri oleh para mahasiswa S1 dan S2 juga dihadiri oleh para dosen pengajar, pengamat, budayawan, hingga praktisi pernaskahan. Tommy Christomy, Ph.D, pakar semiotika, FIB UI, menjelaskan, bahwa ilmu humaniora memiliki tingkat kerumitan karena berkaitan dengan makna dan kecenderungan-kecenderungan “pikiran” dan “harapan” manusia yang termaktub dalam berbagai peristiwa. Peristiwa tersebut  kadang sudah sangat jauh dari posisi kita dan bahkan sekalipun dekat, kita hanya bisa mendatangi kembali melalui teks dan penanda-penandanya.

Manakala penanda-penanda tersebut datang dari kurun waktu 200 tahun yang lalu dalam bentuk naskah, teks, dan iluminasinya, tentu memerlukan strategi pembacaan karena jarak budaya yang jauh. Bahasa yang tidak mudah dipahami untuk generasi sekarang, dan akses pada koleksi yang sulit. Peristiwa sosial dan fakta sosial yang telah terjadi tentu tidak bisa diulang. Tapi, masih dapat “diziarahi” lewat jejak-jejak semata. Melalui teks boleh jadi bisa dirunut kembali benang-benang sejarah leluhur tersebut.

Lihat juga...