Omzet Usaha Tusuk Sate Warga Ponorogo Ini Rp 12 Juta
PONOROGO — Siapa sangka usaha pembuatan tusuk sate ternyata menjanjikan. Adalah Didik (35 tahun) warga Desa Turi, Kecamatan Jetis, Ponorogo sejak delapan bulan terakhir menekuni usaha pembuatan tusuk sate. Dalam satu bulan, ia mampu memproduksi 1,5 ton dengan omzet mencapai Rp12 juta.
“Awalnya sulit mencari pelanggan. Saya coba pasarkan sendiri, lama-kelamaan pembeli yang datang kesini,” jelasnya saat ditemui Cendana News di rumahnya, Selasa (8/8/2017).
Dibantu tiga orang pekerja, dalam satu hari Didik mampu memproduksi satu kuintal tusuk sate basah.
“Tusuk sate yang sudah jadi tidak bisa langsung dipasarkan tapi harus dikeringkan terlebih dahulu,” ujarnya.
Bahan yang ia gunakan bambu jenis ori dan petung. Untuk bambu jenis petung, ia datangkan dari Wonogiri. Sedangkan ori banyak pemasok dari Ponorogo sendiri.
“Ukuran tusuk sate pun bermacam-macam tergantung permintaan pelanggan, ada yang 20 cm panjangnya, ada yang 25 cm dan 30 cm,” tuturnya.
Ada yang berbeda produksi tusuk sate Didik dibanding yang lainnya. Tusuk sate buatan Didik lebih awet tidak mudah berjamur. Pasalnya ada proses penguapan dengan menggunakan belerang.
“Tusuk sate buatan saya bisa tahan 6 bulan tanpa berjamur,” tandasnya.
Bumi reog memang terkenal dengan makanan khasnya, yakni sate Ponorogo. Maka tak heran banyak masyarakat yang hidupnya bergantung dari kuliner satu ini, termasuk usaha pembuatan tusuk sate.
Saat ini Didik tidak hanya membuat tusuk sate saja, ia juga membuat tusuk sempol, jajanan yang sedang melejit di Ponorogo.
Modal yang ia gunakan untuk usaha ini tidak tanggung-tanggung, sekitar Rp100 juta ia gelontorkan. Mulai dari beli bambu, alat membuat tusuk, belerang dan membayar pekerja.