Pengembangan EBT Harus Sesuai Local Wisdom

JAKARTA – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar, mengatakan Indonesia terbuka untuk pengembangan semua jenis energi baru terbarukan (EBT), namun akan melihat pada kearifan lokal.

“Kalau melihat energi terbarukan, kita melihat ke kearifan lokal. Energi apa yang banyak, kita gunakan local wisdom kita, itu yang kita dorong,” kata Arcandra, usai memberi paparan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2017 di Jakarta, Kamis (3/8/2017).

Ia mencontohkan, Eropa yang lebih banyak angin, maka mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Sedangkan di Indonesia, ada panas bumi yang di negara lain tidak ada, sehingga dapat dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). “Tapi kalau di daerah lain anginnya kuat, kita dorong ke tenaga bayu,” lanjutnya.

Arcandra menegaskan, Indonesia terbuka dengan semua teknologi EBT, agar target bauran energi 23 persen pada 2025 benar-benar tercapai. “Apakah dari surya, bayu, air, biomassa, semua bisa”, katanya.

Dan, bahkan untuk mendorong itu, ia mengatakan sebanyak 53 Independent Power Producer (IPP) telah menyepakati pembangunan pembangkit listrik energi baru terbarukan termasuk enam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). “Ini sebuah lompatan besar. Tapi, kita tetap akan perbaiki diri atau hal-hal yang belum memberi stimulus pada penguasaan EBT kita pertimbangkan,” ujar dia.

Secara konkret, Indonesia telah mempertegas komitmen dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) dengan muatan pokok target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen pada 2030 dengan kondisi business as usual, atau 41 persen dengan kondisi dukungan kerjasama teknis luar negeri.

Lihat juga...