Pola Tumpangsari Beri Petani Keuntungan Berlipat Setiap Pekan

Wawan menyebut, kedua jenis tanaman tersebut menjadi sumber penghasilan bulanan disamping tanaman lain yang menghasilkan uang setiap pekan di antaranya kangkung cabut, bayam cabut, gambas, kecipir, seledri, dan jagung manis. Proses penanaman secara tumpangsari dan beragam jenis diakuinya lebih menguntungkan dibandingkan hanya menanam satu jenis tanaman dengan usia yang seragam dengan perhitungan waktu tanam hingga panen yang cukup lama.

Hasil tanaman sayuran yang dipanen sistem mingguan diakui Wawan mengikuti pola hari pasaran sejumlah pasar tradisional di antaranya setiap hari Rabu, Jumat dan Minggu dengan datangnya pedagang pengepul mengambil beberapa jenis sayuran gambas yang dijual Rp5 ribu per kilogram, kecipir Rp3 ribu per kilogram, cabe keriting hijau Rp15 ribu per kilogram, kangkung dan bayam serta seledri Rp2 ribu per ikat, kacang panjang Rp4 ribu per kilogram, jagung manis Rp3 ribu per kilogram dan terong Rp2 ribu per kilogram.

“Kalkulasi saya setiap pekan ratusan ribu saya peroleh terus menerus diimbangi dengan penanaman tanaman baru pengganti tanaman sudah tak produktif sehingga sepekan bisa tiga kali selalu panen,” terang Wawan.

Tanaman sayuran gambas siap panen, sebagian digunakan sebagai bibit untuk masa tanam berikutnya. [Foto: Henk Widi]
Sebagai petani yang menerapkan pola pertanian tumpangsari, dirinya tak perlu menjual hasil pertaniannya ke pasar karena pengepul atau penjual pasar yang akan mendatangi setiap Subuh dari hasil panen sore hari sebelumnya. Kunci produktivitas pada lahan pertanian yang diolahnya merupakan penerapan dari sistem tumpangsari dan penggunaan pupuk kandang ditambah dengan pupuk pabrikan yang membuat semua jenis sayura terus memberi hasil.

Lihat juga...