Tumpangsari Petani Sragi Beri Untung Berlipat
LAMPUNG — Musim penghujan yang datang secara bertahap di wilayah Lampung Selatan dimanfaatkan oleh petani dengan memulai proses pembersihan lahan dengan sistem perun menggunakan cara tebas bakar mempercepat proses pembersihan untuk proses penanaman jagung.
Juminah, warga Desa Baktirasa Kecamatan Sragi menyebut mulai melakukan proses pembersihan lahan tanaman pisang yang dimilikinya untuk diselingi dengan tanaman jagung. Sebanyak ratusan tanaman pisang dengan jarak tanam tiga meter. Jenis pisang yang ditanam janten, tanduk dan raja nangka, serta tanaman cabai rawit. Sebagian tanaman itu dgunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan sisanya dijual ke pasar.
Pada musim penghujan yang belum stabil pertengahan Oktober ini bahkan sengaja memanfaatkan lahan yang dimiliki seluas satu hektare untuk menanam jagung pada sela sela tanaman pisang yang dimiliki.
Menurut Jumiyah harga pisang sempat rendah, yaitu antara Rp7.000 hingga Rp10.000. Namun kini harga pisang sudah mencapai Rp35.000 hingga Rp45.000 untuk jenis Kepok Manado, Raja Nangka yang banyak dipergunakan sebagai bahan baku pembuatan keripik pisang. Membaiknya harga pisang juga didukung oleh penanaman pisang bibit baru yang tidak rentan penyakit sehingga hasil panen pisang milik petani lebih maksimal.
“Selama harga pisang turun dan terkena penyakit sebagian petani sengaja merombak sebagian tanaman pisang dengan membakarnya tapi beruntung sebagian tanaman tidak terserang penyakit sehingga masih bisa saya panen,” cetus Juminah saat ditemui Cendana News di lahan kebun miliknya, Senin (23/10/2017)
Selain menanam pisang ratusan batang, Juminah juga mulai menerapkan pola penanaman tumpangsari pada lahan pertanian pisang salah satunya dengan menanam jagung dan cabai rawit yang telah diterapkan oleh petani di wilayah tersebut selama bertahun tahun.