Catatan untuk ‘Merah Putih Memanggil’: Edukasi dari PatriotismeTNI
JAKARTA — Akhir-akhir ini film yang bertemakan kiprah TNI menjadi tema. Setelah ‘Pasukan Garuda: I Leave My Heart in Lebanon’, muncul ‘Merah Putih Memanggil’. Kehadiran film-film ini memberikan nuansa kepada penonton bagaimana sebetulnya dedikasi para prajurit TNI. Kedua film ini diproduksi TeBe Silalahi Pictures ini. Jejak karya sebelumnya, ‘Toba Dreams’ (2015).
Terutama ‘Merah Putih Memanggil’ mendapat dukungan penuh dari korps-nya. Film dengan judul patriotis, ‘Merah Putih Memanggil’, ini digagas oleh T.B. Silalahi, purnawirawan TNI dan mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Kabinet Pembangunan VI, yang juga gemar berkarya. ia menulis cerita, menulis skenario dan sekaligus menjadi produser eksekutif.
Yang menarik ‘Merah Putih Memanggil’aktual dengan isu kedaulatan terutama di daerah perbatasan. Kisahnya tentang kasus pembajakan kapal pesiar dengan bendera Indonesia. Pembajakan dilakukan oleh teroris bernama Diego (Ariyo Wahab). Diego menyandera kapten beserta penumpang kapal di sebuah daerah misterius. Isu ini mengingatkan pada peristiwa yang melibatkan kelompok di Fillipina Selatan.
Dalam ‘Merah Putih Memanggil’, diigambarkan kasus pembajakan kapal membuat TNI tidak tinggal diam. Mereka mengutus regu penyelamatan di bawah pimpinan Kapten Nurmantyo (Maruli Tampubolon). Deretan strategi disusun demi kelancaran operasi penyelamatan.
Kapten Nurmanto beserta anak buah hanya memiliki waktu 48 jam untuk menyelamatkan sandera. Awalnya usaha mereka berjalan lancar. Beberapa sandera berhasil diselamatkan.
Namun lambat laun, operasi mereka tercium oleh Diego. Teroris kejam ini memerintahkan ratusan anak buah untuk menyerang pasukan TNI. Mampukah TNI menyelamatkan para sandera dan membawa mereka pulang?