Kota Pancaroba

CERPEN KEN HANGGARA

KUNJUNGAN ke Kota Pancaroba hanya kulakukan sekali seumur hidupku. Kalau saja aku tidak bertemu gadis itu, barangkali hari ini aku sudah menjadi bagian dari kota itu. Maksudku, jika tidak ada kejadian buruk, aku sudah pindah ke sana dan membangun rumah untuk menghabiskan masa tuaku.

Namun, tentu saja, rencana itu tidak pernah ada. Padahal saat pertama menginjaki tanah Kota Pancaroba, yang pertama kupikirkan adalah Tuhan, lalu surga dan segala isi di dalamnya.

Nama kota ini sungguh tidak sesuai dengan kondisi kota yang hidup dan hijau. Di mana-mana orang seakan merawat pohon sebagai kekasih mereka. Bunga-bunga segala macam jenis, kecuali yang beracun barangkali, hampir pasti dapat ditemukan di sudut mana pun yang kau mau, di Kota Pancaroba ini.

Pada saat itu aku menyesal karena baru mengunjungi kota aneh ini setelah umurku tiga puluh tahun lebih dan belum pernah menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Aku merasa bagai lelaki bodoh yang tidak tahu apa-apa, hanya karena belum mengerti bahwa kondisi Kota Pancaroba ternyata jauh dari apa yang selama ini kuduga. Aku juga merasa kesialanku dalam soal asmara karena aku tak tahu ada kota seindah ini, sehingga kurang mendalami peranku sebagai lelaki yang membutuhkan pasangan.

“Jika saja sejak dulu aku tahu ada tempat macam ini, mungkin cara berpikirku akan lain, dan mungkin dengan demikian aku tidak akan terlalu lama hidup sendiri!” batinku saat itu.

Untuk diketahui saja, pada masa itu internet belum ada, dan aku hanyalah seorang pegawai yang lebih banyak menghabiskan waktu di kantor atau kamar kosku. Hidup yang begitu-begitu saja terasa sangat datar, dan lama-lama membosankan, dan aku tidak jarang membayangkan suatu hari nanti diriku mungkin gila.