Lado, Mahkota Lambang Penghormatan Tamu

MAUMERE – Setiap tamu yang hadir dalam ritual adat pengukuhan lembaga adat Dua Moan Watu Pitu di desa Meken Detun, kecamatan Kangae, kabupaten Sikka, sebelum masuk ke tempat digelarnya acara adat, di pintu masuk akan dipakaian Lado di kepala.

Lado atau semacam mahkota ini terbuat dari daun lontar, di mana bagian depan dan belakangnya dibiarkan melengkung dan selalu terpasang di atas kepala, baik bagi orang yang mengenakan topi maupun mengenakan ikat kepala dari kain.

“Lado merupakan  lambang kemegahan semua orang, di mana dengan mengenakananya orang itu diangkat tinggi, sebab setiap tamu yang datang dan mengenakannya adalah orang-orang yang patut dihormati,” sebut Pederikus Yohanes, Tana Puan atau kepala suku Meken Detung Minggu (5/11/2017).

Pederikus menjelaskan, pemakaian Lado di kepala dilakukan, karena pada kepala orang itu ada pengertian yang sungguh baik, ada niat baik dan Lado merupakan mahkota keagungan manusia walaupun kelihatannya sederhana.

“Setiap tamu yang hadir memakai Lado sebagai lambang penghormatan dan juga sebagai penghalau segala hal yang berkaitan dengan roh-roh jahat, sebab dengan menggunakan Lado, maka ada kedamaian,” terangnya.

Anggota lembaga pemangku adat Dua Moan Watu Pitu yang mengenakan selendang berukuran panjang di bahu sebagai lambang kewibawaan para pemimpin. -Foto: Ebed de Rosary

Selain mengenakan Lado, sambung Pederikus, semua anggota lembaga pemangku adat saat dikukuhkan dipakaikan selendang di bahu, yang memiliki ukuran lebih panjang (Moan Mara Wolon) dan berbeda dengan orang lain di mana dengan mengenakannya anggota yang baru dilantik menanggung tanggung jawab wilayah.

Lihat juga...