Lestarikan Budaya Nyale di Mozaik Budaya TMII

JAKARTA — Jaga kelestarian budaya Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) memberikan apreasiasi kepada setiap anjungan melalui mozaik budaya.

Kali ini, Anjungan Nusa Tenggara Barat (NTB) berkesempatan tampil dalam mozaik budaya di panggung Candi Bentar TMII, Jakarta, Sabtu (18/11/2017) malam.

Legenda Putri Mandalika. Itulah dramatari budaya NTB yang mengisahkan asal usul Nyale (sejenis cacing) yang hidup di pantai Kaliantan Lombok Timur, Lombok Selatan, dan Kuta Lombok Tengah.

Baca: Nyale dan Legenda Putri Mandalika Lombok

Nyale akan menampakkan diri berkisar pada tanggal 19 atau 20 bulan kesepuluh penanggalan masyarakat Sasak atau jatuh pada bulan Februari setiap tahun.

Legenda Putri Mandalika, menceritakan akan kecantikan seorang putri raja yang diperebutkan oleh kaum pria baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa.

Sang raja menyerahkan semuanya kepada sang Putri Mandalika, siapa yang akan dipilih sebagai pendamping hidupnya.

Namun, hati sang putri belum menemukan pujaan hati hingga terjadi kekacauan. Demi menjaga ketentraman rakyat di lingkungan kerajaan. Putri Mandalika berniat mengakhiri hidupnya dengan menceburkan diri ke laut.

Semenjak itulah, setiap bulan Februari, Putri Mandalika menampakkan diri berbentuk cacing (Nyale).

Menurut Kepala Anjungan NTB TMII, Makbul Hijab, Legenda Putri Mandalika sampai saat ini masih dipercaya oleh masyarakat Lombok NTB.

Baca: Mengenal Adat Toraja di Anjungan Sulawesi Selatan TMII

Kepala Anjungan NTB TMII, Makbul Hijab. Foto: Sri Sugiarti

Legenda ini menjadi budaya NTB, dan kegiatan rutin masyarakat Sasak Lombok dimana setiap bulan Februari ramai-ramai ke pantai Kuta untuk sama-sama mencari Nyale.

Lihat juga...