Ngayogjazz 2017 Angkat Tema Kemuliaan dan Perjuangan

Dikatakan Djaduk, dusun Kledokan, Selomartani, dipilih sebagai tempat penyelenggaraan Ngayogjazz kali ini karena memiliki sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dimana di desa ini terdapat Moseum Plataran yang menjadi saksi bisu perjuangan para pejuang melawan penjajah pada masa agresi militer Belanda ke II.

“Musik Jazz juga tidak bisa dilepaskan dari sisi perjuangan. Karena itu Ngayogjazz tahun ini sangat cocok digelar di desa ini,” katanya.

Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Ngayogjazz digelar secara gratis bagi seluruh pengunjung. Yang membedakan, pada tahun ini, pengunjung diimbau mendonasikan buku sebagai pengganti tiket masuk. Seluruh buku yang terkumpul akan disumbangkan bagi perpustakaan desa.

“Tujuan Ngayogjazz masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kita ingin membumikan musik jazz, agar bisa diterima semua kalangan, hingga ke desa-desa. Walaupun persoalan dana masih menjadi kendala utama,” ujarnya.

Suasana salah satu panggung ngayogjazz /Foto: Jatmika H Kusmargana

Selain menampilkan, sejumlah komunitas Jazz dari berbagai daerah seperti, Magelang, Solo, Trenggalek, Ponorogo, Semarang hingga Lampung, Ngayogjazz ke 11 ini juga menampilkan sejumlah artis ternama seperti Endah & Rhesa, hingga Gugun Blues Shelter.

Baca: Catatan untuk ‘Merah Putih Memanggil’: Edukasi dari PatriotismeTNI

Salah seorang pengunjung, Nadia, yang baru petama kali mengunjungi Ngayogjazz mengaku antusias menghadiri acara ini. Ia menilai Ngayogjazz menjadi salah satu event musik Jazz yang lain dari biasanya.

“Biasanya musik jazz digelar di hotel atau tempat mewah dengan tiket mahal. Tapi Ngayogjazz digelar di tengah desa dan gratis. Jadi sangat bagus. Biar musik jazz semakin dikenal semua kalangan,” katanya.

Lihat juga...