Warga Lampung Selatan Lestarikan Durian Keong
“Karena Dusun Umbul Keong menjadi Dusun Kantong Umbulan dari dusun induk di Klaten maka masih banyak pohon durian ditanam warga hingga kini sebagian masih tumbuh meski umurnya sudah cukup tua. Sebagian ditebang karena kebutuhan ekonomi dijual sebagai bahan bangunan dan kebutuhan lahan perumahan,” terang Paryanto saat ditemui Cendana News belum lama ini.
Dia memperlihatkan tanaman durian yang tersisa sebanyak lima batang dari total sebanyak dua puluh batang di kebun miliknya dan di pekarangan rumahnya.
Paryanto menerangkan Keberadaan pohon durian keong di wilayah tersebut dari 1970 hingga 2000 atau dalam kurun waktu 30 tahun dengan rata rata di Dusun Umbul Keong benar-benar kontribusi warga.
Sebanyak 20 kepala keluarga memiliki tanaman pohon durian keong sebanyak 50 batang tersebar di perkebunan dan pekarangan wilayah tersebut memiliki sekitar 100 batang pohon durian di umbul keong belum termasuk dusun penyangga.
Dusun penyangga yang kini mulai menyatu menjadi desa di antaranya Dusun Karanganyar, Mekarmulya, Klaten, Sidodadi, Sidorejo, Sidomakmur bahkan sebagian besar warganya menanam pohon durian keong rata rata sebanyak dua pohon di pekarangan dominan di kebun yang lebih banyak.
Durian dengan bentuk unik seperti keong mas yang kecil,bulat dan daging buah kuning keemasan tersebut bahkan kerap menjadi buruan di wilayah tersebut dari mulai harga Rp1000 perbuah hingga kini mencapai Rp20.000 per buah ukuran kecil, ukuran sedang mencapai Rp35.000 bahkan bisa mencapai Rp50.000 untuk ukuran besar.
“Awalnya warga menanam pohon durian keong sebagai pohon peneduh dikembangkan melalui teknik menyemai biji karena kala itu belum lazim mencangkok dan sebagian pohon besar yang masih ada tumbuh dari biji,” terang Paryanto.