Warga Lampung Selatan Lestarikan Durian Keong
Dampaknya beberapa warga yang memiliki pohon durian keong bahkan menyebut keberadaan durian keong sebagai “emas hijau” karena harganya cukup menggiurkan dengan pendapatan dari satu batang pohon durian produktif rata rata 100 buah per pohon dengan harga Rp20.000.
Buah kesabarannya membuat Paryanto bisa mendapatkan hasil Rp2 juta satu pohon. Ia bahkan sudah mulai menghentikan sistem tengkulak yang membeli durian saat masih muda dengan harga murah karena terbatasnya jumlah durian keong.
Penangkaran dan Budidaya Durian Keong Mulai Dilakukan Warga
Pohon durian yang sebagian masih tumbuh liar di Gunung Rajabasa sebagai tanaman kehutanan sumber hasil hutan non kayu tersebut bahkan sebagian dibudidayakan masyarakat sebagai tanaman multi manfaat sebagai penahan erosi tanah, penahan air dan menghasilkan secara ekonomis dari buah dan kayunya. Penebangan yang dilakukan akibat desakan ekonomi dan kebutuhan lahan untuk perumahan ikut mendorong berkurangnya populasi pohon durian keong.
Paryanto bahkan mengaku mulai mengembangkan durian keong menggunakan tekhnik cangkok puluhan batang sisanya membeli dari pusat pembibitan di Pekalongan Lampung Timur dengan varietas durian lain diantaranya durian bangkok,montong sebagai koleksi.
Proses pencangkokan dan penyambungan bahka dilakukannya menciptakan bibit berkualitas dengan pohon yang lebih rendah tajuknya dan masa berbuah lebih cepat. Penyambungan dengan varietas lain dan bagian atas durian keong bahkan dilakukannya agar ciri khas durian keong tidak hilang.
“Saya memandang perlu untuk menangkarkan karena tidak ingin durian keong hanya sejarah bagi anak cucu tersisa nama kampung umbul keong tanpa ada penanda sejarah nama tersebut dan tidak bisa merasakan manisnya durian keong asli wilayah ini,” beber Paryanto.