Warga Tulungagung Kembangkan Budi Daya Ular Piton

Di daerah asalnya inilah Azen kembali mulai serius menggeluti peternakan ular piton.

Jenisnya pun bermacam-macam, mulai dari retic culatus phyton, platinum, sunfire, tiger, golden child, motley platinum, genetic strip dan velvet.

“Piton dinilai mahal karena motifnya, warna dan genetik. Paling bagus bisa memperlihatkan lima gen. Kelimanya bisa dilihat dari tampilan warna dan motif kulitnya,” tutur Azen.

Dari sisi bisnis, berternak piton sangat menguntungkan. Satu ekor induk piton biasanya menghasilkan sekitar 30 telur. Setelah dimasukkan inkubator selama 100 hari, telur akan menetas.

Namun butuh perlakuan khusus agar bisa menetaskan semua telur. Suhu harus berkisar 29 derajat hingga 30 derajat selsius.

Sedangkan kelembaban udara mencapai 90 RH (kelembaban relatif).

Jika sudah menetas, bayi piton siap dipasarkan. Namun Azen biasa menjual setelah berusia satu bulan, atau sudah pernah makan.

“Begitu menetas, bayi piton butuh waktu satu bulan untuk makan pertama kali,” katanya.

Satu ekor bayi piton yang paling jelek dihargai Rp2 juta per ekor. Piton hasil ternakan Azen biasanya dijual dengan harga terendah Rp5 juta per ekor. Sedangkan dalam sebulan, Azen mengaku bisa menjual minimal lima ekor bayi piton sehingga rata-rata pendapatannya di kisaran Rp20 juta per bulan.

“Dulu istri kesal dengan kegiatan yang saya lakukan, namun setelah tahu ada hasilnya dan lumayan, dia sekarang mendukung,” ujarnya.

Biasanya Azen menawarkan bayi piton secara daring. Pasarnya pun terbuka dari seluruh Indonesia, mulai dari Jawa, Lampung, Batam, Kalimantan, Makassar, Bali, dan Lombok.

Khusus pengiriman luar pulau, biasanya dikenakan biaya tambahan Rp700 ribu.

Lihat juga...