Perajin Emas di Wajo Masih Tradisional
MAKASSAR — Kelurahan Malimongan, Kecamatan Wajo, terkenal dengan sebutan kampung perajin emas dan perak. Terdapat puluhan warga dari kelurahan ini bekerja sebagai pemandai emas dan perak. Salah satunya, Jamal.
Bersama kedua saudaranya, Jamal menggunakan ruangan yang ukurannya sekira 4 x 2 meter. Di dalam ruangan tersebut berjajar peralatan dan meja yang digunakan untuk bekerja. Sejak 1989, Jamal sudah menetap di daerah ini dan bekerja sebagai pemandai emas.
“Awalnya saya hanya pergi ke Kota Makassar ikut Om dan coba-coba ikut menjadi pemandai emas. Akhirnya saya mengeluti pekerjaan ini menjadi pemandai emas”, kata Jamal, saat ditemui di kediamannya, Selasa (12/12/2017).
Para pedagang perhiasan emas di Somba Opu biasa menggunakan jasa Jamal. Biasanya pedagang perhiasan di Somba Opu memberikan Jamal emas batangan, kemudian diolah oleh Jamal untuk dijadikan sebagai perhiasan cincin sesuai pesanan.
Dalam proses pengubahan emas batangan ke perhiasan seperti cincin, membutuhkan waktu yang panjang. Jamal dan kebanyakan pemandai emas lainnya masih menggunakan cara manual tanpa mesin. Tidak heran, jika Jamal sering kurang tidur dalam menyelesaikan pesanan konsumennya.
Pria kelahiran 1970 ini menambahkan, dalam pengerjaan mengubah emas batangan menjadi perhiasan ini dirinya hanya diupah Rp33.000 per perhiasan.
“Jika sedang beruntung, saya akan mendapatkan pesanan sampai seratus cincin, namun terkadang dalam sebulan juga saya tidak mendapatkan pesanan sama sekali”, ungkapnya.