Petani Sikka: Sekolah Lapang Kakao Kurang Efektif
MAUMERE – Sekolah lapangan kakao yang selalu diadakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, guna meningkatkan produktivitas kakao dianggap tidak efektif.
“Memang dinas pertanian sering melaksanakan sekolah lapang bagi petani, namun fasilitatornya tidak terlalu paham soal kakao. Mereka lebih banyak hanya membaca literatur yang ada, tapi tidak mengalami langsung, sehingga tidak menggigit benar penyampaiannya,” tegas Edhardus, Senin (18/12/2017).
Petani kakao dan fasilitator warga Desa Wolokoli, Kecamatan Bola, ini, saat ditanyai mengatakan, seharusnya fasilitator yang disediakan bukan hanya memahami teori saja, tapi juga terlibat langsung dalam perawatan kakao sehari-hari, agar bisa memahami permasalahan lebih konkrit.
Baca: Penyakit Busuk Buah Serang Kebun Kakao Sikka
Penyakit busuk buah, kata Edhardus, memang masih terdapat di kebun-kebun kakao di kecamatan Bola. Namun, sudah mulai berkurang. Satu-satunya cara untuk mengurangi bukan menghilangkan penyakit ini, melainkan dengan pemangkasan, pemupukan, panen sering dan sanitasi (P3S).
“Ada daerah yang kelembabannya tinggi dan ada daerah yang kelembabannya kurang. Apalagi di daerah dataran sedang dan tinggi pemangkasan harus sering, sementara di dataran rendah tidak terlalu sering,” terangnya.
Biasanya, kata mantan fasilitator di Cacao Learning Center ini, hama tersebut paling pertama menyerang tanaman kakao di dataran tinggi yang tidak sering melakukan pemangkasan, lalu turun ke dataran sedang dan rendah.
Curah hujan yang tinggi juga ikut berpengaruh. Selain itu, ada saat-saat tertentu dedaunan yang berada di bawah pohon kakao perlu dibersihkan. Sebab, bila tanah dibiarkan terbuka, air hujan mengenai spora cendawan di tanah lalu akan kena di sekitar pohon dan menyebabkan penyakit busuk buah.