Protes Penangkapan, Wartawan Myanmar Gelar Kampanye Hitam

Deputi Direktur Kementerian Informasi Myanmar Myo Nyunt mengatakan, bahwa kasus tersebut tak ada kaitan dengan kebebasan pers. “Ini terkait dengan Undang-Undang Rahasia Resmi. Para wartawan hendaknya dapat memberitahu apa yang rahasia dan apa yang tidak. Kami sudah punya kebebasan pers. Sudah ada kebebasan untuk menulis dan berbicara. Sudah ada kebebasan pers jika Anda mengikuti aturan-aturan,” tandasnya.

Myo Nyunt menyebut, setiap orang dapat menyampaikan perasaan-perasaannya termasuk wartawan lokal yang ingin menggelar kampanye hitam memprotes penangkapan yang dilakukan. Sementara itu tekanan dari negara Kedua wartawan yang ditangkap telah menghilang. Terutama setelah agenda makan malam bersama perwira polisi di pinggiran Yangon, kota terbesar di Myanmar.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillersen, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani dan para pejabat pemerintah dari Inggris, Kanada, Bangladesh dan Swedia telah menyerukan pembebasan kedua wartawan.

Kedua wartawan itu bekerja di Reuters untuk meliput sebuah krisis yang menimpa 655.000 Muslim Rohingya. Mereka melarikan diri dari penumpasan militer yang bengis terhadap para militan di negara bagian Rakhine. Kementerian Informasi menyatakan kedua wartawan tersebut telah secara ilegal memperoleh informasi dengan tujuan membaginya ke media asing, dan menyiarkan sebuah foto keduanya yang sedang diborgol. (Ant)

Lihat juga...