Taufiq Ismail: Komunis Berlindung di Balik Beragam Topeng
JAKARTA — Pada penghujung tahun 1991, 26 Desember, seluruh dunia gempar. Partai komunis pertama di dunia, Partai Komunis Uni Soviet, sesudah 3/4 abad ideologi ini ada di dunia, dinyatakan bubar oleh Presiden Boris Yeltsin yang sebelumnya pernah menjadi ketua partai.
“Boris menyebut ideologi ini ternyata tidak bisa memenuhi janji-janjinya sendiri, kami tidak bisa pakai lagi. Dengan ini saya bubarkan Partai Komunis Uni Soviet,” ujar budayawan Taufiq Ismail, saat mendampingi pengaduan korban kekejaman PKI di MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Dari pengumuman tersebut, 4 dari 28 negara komunis, tidak membubarkan diri. Sementara 24 lainnya turut Uni Soviet, membubarkan partai komunis di negara masing-masing.
Keempat negara yang tidak membubarkan partai, yakni RRC, Vietnam Utara, Korea Utara, dan Kuba. RRC dan Vietnam Utara, kata Taufiq, plang kantornya itu masih partai komunis, tetapi komunisme/sosialisme tidak dipakai lagi dan mereka pakai kapitalisme.
“Ini pengkhianatan, tidak masuk akal, tapi ini terjadi di RRC. Mereka tetap komunis, tapi cara nafkahnya kapitalis,” ujar Taufiq, seraya mengatakan sepuluh tahun kemudian mereka kaya raya.
Mereka lalu membuat agenda untuk mengincar negara-negara mana saja yang bisa dicaplok. Di Afrika sudah ada dua negara.
“Ada satu negara lagi yang dekat dengan RRC mau dicaplok, yakni Indonesia. Mereka masuk sekarang. Kita sudah 30 tahun partai komunis tidak ada, kita sudah lalai. Mereka masuk dan bekerja terus,” ungkap Taufiq.
Menurut Taufiq, ini bagi umat adalah berat sekali. Untuk itu, Taufiq mengingatkan kembali mengenai sejarah partai ini. “Mari kita ingat, ideologi itu membunuh 4.500 orang sehari selama 74 tahun dan jumlahnya 120 juta manusia. Komunisme itu kisah (bahaya) nyata,” tuturnya.