Banyak Lahan Tidur di Sikka Belum Digarap
Editor: Irvan Syafari
MAUMERE —– Petani di Kabupaten Sikka masih mempraktikan teknik pertanian secara tradisional. Mereka menanam jagung dan padi hanya untuk konsumsi sendiri, sehingga banyak lahan tidur yang seharusnya bisa dimanfaatkan dibiarkan terlantar.
“Ke depannya kita tidak lagi bertani secara tradisional tapi lebih modern dengan menggunakan alat-alat pertanian modern. Untuk itu perlu ada upaya khusus di bidang pertanian, sebuah revolusi pertanian,” kata Drs. Yoseph Ansar Rera, Selasa (2/2/2018).
Kepada Cendana News, Ansar mengatakan, setiap lahan tidur yang belum digarap akan dimaksimalkan dan digarap dengan menggunakan mesin. Namun kendala kepemilikan lahan masih terjadi sehingga sertifikasi lahan pertanian ditingkatkan agar ke depannya tidak ada permasalahan terkait kepemilikan lahan ini.
“Kelompok tani yang ada terus kita dorong agar memanfaatkan lahan tidur untuk pengembangan tanaman pertanian seperti kacang hijau dan kedelai. Kita perlu menaman komidit lain yang hemat air,” ungkapnya.
Pemerintah sedang melakukan pengembangan kacang kedelai terang Ansar dan dirinya berharap ini menjadi dorongan buat petani di Sikka agar setiap tahun mengembangkan tanaman kedelai. Pada 2018 ini ada bantuan bagi penanaman kedelai seluas 500 hektare.
“Kalau tahun sebelumnya melalui Upsus Pajale, kita lebih fokus ke jagung. Di kabupaten ini, jagung menjadi komoditi utama yang setiap tahun ditanam, tapi produksinya tidak maksimal karena belum digarap maksimal,” tuturnya.
Mestinya tanaman pangan kita tandas Ansar harus kita tanam secara maksimal. Memang selama ini di Sikka petani menanam kacang hijau dan belum terbiasa menanam kacang kedelai sehingga perlu ada pendampingan dari penyuluh.