Bisnis Kayu Ukir Kian Terpinggirkan

Editor: Satmoko

BANJARMASIN – Banyaknya masyarakat yang kini gemar memakai besi ringan maupun keramik untuk ventilasi dan pagar bangunan rumah, menjadikan kayu ukir berbahan ulin kian ditinggalkan.

Salah satu pebisnis kayu ukir di Banjarmasin, Husni Nafarin mengakui, kini sudah sangat jarang masyarakat yang membeli kayu ukir olahannya untuk membangun rumah.

“Sekitar 3 tahun terakhir ini ah masyarakat sudah jarang membeli kayu ukir untuk membangun rumah. Akibatnya, omzet usaha kami pun secara otomatis mengalami penurunan hingga 50 persen,” ujar Owner Toko Kayu Ukir Ulin Dua Sahabat tersebut, belum lama ini.

Dulu, untuk membangun rumah, biasanya masyarakat membeli kayu ukir untuk ventilasi hingga pagar rumah. Namun sekarang sudah tergantikan dengan bahan besi ringan dan keramik yang jauh lebih murah dan cepat pengerjaannya.

“Karena sudah jarang yang beli, paling dalam sebulan omzet usaha kami hanya mencapai Rp5 jutaan. Itu pun harus dipotong dengan biaya operasional yang mencapai lebih dari separuhnya,” katanya.

Owner Toko Kayu Ukir Ulin Dua Sahabat Husni Nafarin. Foto: Arief Rahman

Selain masalah pembelian yang menurun, bahan baku juga menjadi masalah lain yang kini dihadapi oleh pebisnis kayu ukir. Sulitnya mendapatkan kayu ulin membuat harga kian melambung dan tentu membuat beban operasional meningkat.

“Kadang malah tidak ada bahan kayu ulin. Akibatnya, kami pun harus berhenti operasional sementara waktu, sembari menunggu bahan baku datang,” tambahnya.

Untuk harga kayu ukir sendiri, diakuinya bervariasi, tergantung jenis dan ukuran. Untuk jenis kayu ukir ventilasi misalnya, dijual dari Rp15.000 – Rp25.000 per biji. Lalu untuk kayu ukir pagar dijual dari Rp25.000 – Rp35.000 per biji. Sedangkan kayu ukir jenis hiasan depan rumah dibandrol Rp120.000 per meter.

Lihat juga...