Pasca Perang Melawan IS, Anak-anak Irak Alami Kemiskinan
BAGHDAD – Satu dari empat anak-anak Irak hidup dalam kemiskinan. Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNICEF mencatat, empat juta orang di negara tersebut membutuhkan bantuan sebagai akibat perang antara Irak dengan Islamic State (IS).
PBB memastikan 150 serangan terhadap sarana pendidikan dan 50 serangan terhadap pusat dan petugas kesehatan telah terjadi sejak 2014. “Setengah dari sekolah Irak membutuhkan perbaikan dan lebih dari 3 juta anak-anak mengalami gangguan pendidikan,” ujar UNICEF dalam pernyataan resminya, Minggu (11/2/2018).
Irak mengumumkan kemenangan atas IS pada Desember tahun lalu setelah merebut kembali semua wilayahnya. Wilayah Irak dikuasai gerilyawan IS pada 2014 dan 2015. Saat ini negara tersebut mencari dana 100 miliar dolar dari modal asing untuk angkutan, energi dan pertanian.
Dana tersebut dibutuhkan untuk bagian dari rencana membangun kembali negara tersebut dan menghidupkan kembali perekonomiannya. Kuwait akan menjadi tuan rumah pertemuan antarbangsa mengenai pembangunan kembali Irak pada 12-14 Februari. “Anak-anak adalah masa depan Irak,” kata Direktur regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara Geert Cappelaere.
Pertemuan Kuwait untuk Irak di minggu ini disebut Cappelaere, adalah kesempatan bagi para pemimpin dunia untuk menunjukkan bahwa semua pihak bersedia untuk berinvestasi pada anak-anak. “Melalui investasi pada anak-anak, kita bersedia berinvestasi dalam membangun kembali Irak yang stabil,” katanya.
Amerika Serikat, yang memimpin sebuah koalisi internasional dan memberi dukungan kunci kepada dalam perang melawan IS, tidak berencana untuk memberikan kontribusi apapun pada konferensi Kuwait tersebut. UNICEF pekan ini mengajukan permohonan 17 juta dolar Amerika Serikat untuk membangun kembali sarana kesehatan di Irak.