Dalam Kurun 2015-2017, Penambahan Utang PLN Rp83,6 Triliun
JAKARTA – Dalam kurun waktu 2015 – 2017, secara kumulatif penambahan pinjaman PLN sebesar Rp83,6 triliun, atau jauh lebih rendah dibanding tambahan penyerapan investasi sebesar Rp190,7 triliun.
Berdasarkan data dari PLN yang dihimpun pada Kamis (29/3/2018), selama tiga tahun terakhir (2015-2017), PLN berhasil memberikan kontribusi fiskal kepada Negara sebesar Rp239,5 triliun, yang terdiri dari peningkatan pajak dan deviden sebesar Rp96 triliun dan penghematan subsidi sebesar Rp143,5 triliun.
Selain itu, selama 2017, beberapa kondisi makro yang mempengaruhi tarif tenaga listrik sesuai Permen ESDM No 18 Tahun 2017, yaitu Kurs Dollar Amerika, Indonesia Crude Price (ICP) dan/atau Inflasi mengalami kenaikan dibanding dengan acuan APBN.
PLN berhasil mempertahankan tarif serta mengendalikan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di tengah perubahan asumsi makro, serta kenaikan harga gas dan batubara tersebut.
Kemudian, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyatakan, kenaikan biaya energi primer batu bara berperan utama dalam menurunkan laba bersih 2017.
Sebelumnya, Direktur Keuangan PLN, Sarwono Sudarto, Rabu (28/3), mengatakan laba bersih pada 2017 sebesar Rp4,42 triliun, lebih rendah pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Rp8,15 triliun.
Harga batubara mengalami kenaikan signifikan sejak 2016, padahal 58 persen produksi listrik primer PLN berasal dari batubara. Pada 2017, biaya pokok produksi PLN naik Rp16,46 triliun akibat kenaikan harga batubara yang menyesuaikan harga HBA pasar.
Sebelumnya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengasumsikan dapat menghemat biaya operasional sampai Rp18 triliun per tahun, jika penerapan penetapan harga batubara domestik sudah berjalan.