Majukan Bidang Antariksa, Pegunungan Timau Area Observatorium Alternatif
Akibatnya, banyak intensitas cahaya dari kawasan pemukiman yang menyebabkan terganggunya penelitian atau kegiatan peneropongan yang seharusnya membutuhkan intensitas cahaya lingkungan yang minimal menjadi terganggu.
Dengan demikian, observatorium yang pernah dikatakan sebagai observatorium satu-satunya di kawasan khatulistiwa ini menjadi terancam keberadaannya.
Polusi cahaya yang semakin mengganggu akibat dari pemukiman penduduk dan pusat bisnis di sekitar Lembang, Jawa Barat yang tampaknya melatari rencana pemindahan Observatorium Bosscha ke luar Pulau Jawa.
Tim riset astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) kemudian memilih Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi pembangunan Observatorium pengganti Bosscha, karena langitnya jauh lebih terang.
“Mungkin ini alasan ilmiahnya sehingga kami memilih Kupang sebagai lokasi pengganti pembangunan Observatorium Bosscha untuk lebih memajukan lagi bidang antariksa di Indonesia,” kata Dr Mahesena Putra, Kepala Observatorium Bosscha.
Tim riset astronomi dari ITB kemudian menentukan pilihannya ke Gunung Timau, sebagai pusat pembangunan observatorium. Gunung ini terletak di wilayah Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, akan menjadi pusat perhatian para peneliti dunia, karena dapat melihat tata surya dari segala penjuru.
“Susunan tata surya bisa dilihat dari berbagai penjuru di tempat itu, baik dari sisi utara maupun selatan,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Jamaluddin.
Kawasan Gunung Timau yang terletak sekitar 65 kilometer arah timur laut Kupang ini memiliki topografis yang bergelombang dan terjal. Bentangan kawasan hutan mulai dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti hutan kayu ampupu (eucalyptus urophylla) dan hutan semi awet hijau.