SDM Petani Kendala Utama Pengembangan Usaha Pertanian Organik

Redaktur: ME. Bijo Dirajo

YOGYAKARTA — Tingginga resiko gagal panen serta rendahnya kualitas SDM petani masih menjadi hambatan utama pengembangan usaha pertanian organik saat ini. Hal itu mengakibatkan para pelaku usaha belum mampu mencukupi kebutuhan pasar yang sangat tinggi.

Pelaku usaha pertanian organik, Tani Organik Merapi, yang berada di dusun Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman hanya mampu memenuhi sekitar 60-70 persen dari permintaan saja. Meski secara rutin telah memasok berbagai jenis produk organik berupa sayur-sayuran ke sejumlah supermarket.

“Dengan lahan seluas lima hektare, dan lima kelompok petani binaan, kita mampu mensuplai sekitar dua kwintal produk sayuran organik ke 10 hingga 15 supermarket, setiap hari. Namun itu baru 60-70 persen dari total permintaan saja,” kata pemilk Tani Organik Merapi, Sugiyanto.

Usaha Pertanian Organik
Salah satu pemilik sekaligus pendiri Tani Organik Merapi, Sugiyanto-Foto: Jatmika H Kusmargana

Menurut Sugiyanto, hal itu disebabkan karena sejumlah kendala. Pertama, karena produk tanaman organik sangat rentan terserang penyakit. Sehingga menyebabkan resiko gagal panen jauh lebih tinggi dibanding pertanian konvensional biasa, yang mencapai 30-40 persen.

“Penanganan hama selama ini masih jadi kendala. Karena pertanian organik hanya boleh memanfaatkan pestisida nabati saja. Padahal pestisida nabati itu bukan untuk membunuh hama, tapi lebih pada upaya pencegahan dan mengusir hama,” katanya.

Selain itu, masih rendahnya kualitas SDM petani, juga turut menjadi faktor penyebab belum adanya kontinuitas produksi pertanian organik. Salah satunya adalah mengubah pola pikir petani dari sistim konvensional biasa ke sistem organik yang terkenal lebih susah dan ribet.

Lihat juga...