BI Diyakini Beri yang Terbaik Soal Suku Bunga
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyakini Bank Indonesia (BI) bisa mengambil keputusan terbaik mengenai penyesuaian suku bunga acuan. Hal itu untuk merespon perlemahan nilai rupiah.
“Itu bagian dari menghadapi perubahan situasi global, termasuk soal kurs. Tapi biarkanlah BI mengambil jalan untuk menjawab persoalan,” kata Darmin di Jakarta, Jumat (27/4/2018).
Banyak cara yang bisa diambil untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini cenderung mengalami perlemahan. Namun, persoalan menjaga stabilitas kurs termasuk keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan agar rupiah tidak lagi terdepresiasi terlalu dalam, merupakan kewenangan bank sentral.
Melihat kondisi saat ini, Darmin optimistis rupiah tidak lagi bergejolak saat menghadapi tekanan global. Hal itu dikarenakan proses stabilisasi yang dilakukan BI sedang berjalan. “Tidak usah terlalu dianggap banyak masalah. Itu bukan akhir dari semuanya, ini semua masih panjang,” tandasnya.
Sebelumnya, BI membuka ruang untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) apabila tekanan terhadap nilai tukar rupiah terus berlanjut. Hal tersebut akan diambil, jika tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih terus berlanjut.
“Apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan, yang merupakan mandat Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak menutup ruang bagi penyesuaian suku bunga kebijakan BI-7DRR,” kata Gubernur BI Agus Martowardojo, Kamis (26/4/2018).
Kendati demikian, kebijakan untuk menaikkan suku bunga acuan tersebut akan dilakukan secara berhati-hati, terukur dan bersifat data dependence. Kebijakannya mengacu perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan. BI memandang, depresiasi rupiah yang terjadi akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir semua mata uang dunia (broad based).