Dilema Petani Hortikultura, Harga Anjlok Saat Cuaca Ekstrem
Editor: Satmoko
LAMPUNG – Petani di Lampung Selatan mengalami dilema memasuki musim panen jenis tanaman hortikultura.
Untung, salah satu penanam sayuran anggota kelompok tani Maju 2 menyebut pada masa panen bertepatan dengan musim hujan. Imbasnya sebagian sayuran oyong atau gambas miliknya sebagian busuk karena kadar air tinggi.
Kondisi sayuran yang busuk tersebut bahkan membuat harga jual gambas menjadi anjlok. Meski demikian ia menyebut tetap menjual sayuran ke pengepul menghindari kerugian lebih besar.
Untung menyebut kondisi cuaca ekstrim ditandai dengan panas dan hujan disertai angin tiba tiba. Kondisi tersebut mengakibatkan sebagian tanaman merambat roboh dan lahan tergenang air.
Beruntung ia masih bisa memanen sayuran gambas dengan hasil mencapai lima hingga enam kuintal sekali panen. Pada saat kondisi cuaca tanpa hujan produksi sayuran gambas disebutnya bisa lebih banyak.
“Kadar air yang tinggi pengaruh curah hujan membuat tanaman gambas lebih berat sehingga tiang ajir dari bambu ada yang roboh, buah yang jatuh mengalami kerusakan karena menyentuh tanah sehingga produksi berkurang,” terang Untung salah satu warga kecamatan Ketapang, Minggu (8/4/2018).
Selain gambas, jenis sayuran lain yang terimbas cuaca hujan disebutnya berupa mentimun, pare dan buncis. Empat jenis sayuran tersebut pada masa panen sebagian harganya sudah mulai turun di tingkat petani.
Harga gambas disebutnya semula mencapai Rp5.000 turun menjadi Rp4.000 per kilogram, mentimun semula Rp3.500 menjadi Rp2.500, buncis semula Rp5.000 menjadi Rp4.000 dan pare semula Rp4.500 menjadi Rp3.500 per kilogram.